Pelatih Chelsea, Sonia Bompastor, menunjukkan rasa frustrasinya setelah timnya bermain imbang 1-1 melawan Manchester United di Women's Super League (WSL), Jumat malam. Bompastor mengklaim dirinya tidak bersalah atas kartu kuning yang diterimanya, meski wasit terlihat mengeluarkan kartu tanpa alasan yang jelas. Ekspresi wajahnya yang tersenyum lebar menandakan bahwa klaim tersebut mungkin memang tulus dan berasal dari rasa kecewa.
Faktanya, insiden tersebut diduga berkaitan dengan kerusakan gendang telinga wasit keempat setelah sekitar satu jam pertandingan, ketika Catarina Macario, pemain Chelsea, mendapatkan hukuman penalti. Padahal, pengaruh kejadian itu diperkirakan berasal dari pemain Manchester United, Julia Zigiotti Olme, yang tetap berpegangan erat dengan pemain USWNT, Macario, di area penalti.
Namun, inti persoalannya bukan tentang kartu maupun pelanggaran, melainkan tentang kapan friksi dan tekanan kompetisi mulai menyentuh tim besar seperti Chelsea. Apakah ketegangan itu selalu terasa sepanjang musim, atau muncul dalam situasi tertentu, seperti saat stadion Manchester United, Old Trafford, yang penuh riuh di malam yang dingin dan angin kencang? Atau saat Manchester City berhasil meraih kemenangan dramatis 3-2 atas Arsenal di menit-menit akhir, menempatkan mereka hanya terpaut satu poin dari Chelsea di puncak klasemen dan membuat Arsenal jatuh ke posisi kelima?
Peristiwa selama 24 jam itu, yang mempertemukan empat calon juara liga dalam pertarungan sengit, jelas akan jadi bahan analisis dan refleksi hingga akhir musim nanti. Meskipun kompetisi baru memasuki bulan Oktober dan masih terlalu dini untuk membuat prediksi, suasana pasca pertandingan menegaskan bahwa kedua tim sama-sama kelelahan dan kecewa. Mereka saling bersaing sengit dengan peluang yang tidak banyak terkonversi menjadi gol.
Kemenangan City 3-2 atas Arsenal pun menjadi momen penuh euforia, meski menyisakan kekesalan bagi skuad Arsenal yang dua kali mampu menyamakan kedudukan tetapi gagal mempertahankan hasil tersebut. Saat ini Arsenal tidak pernah menang dalam tiga pertandingan berturut-turut dan kehilangan total tujuh poin, lebih banyak dari yang mereka alami sepanjang musim lalu. Sementara Chelsea bertahan di posisi teratas, City hanya berjarak satu poin dan Manchester United dua poin di belakang.
Rekor tak terkalahkan Chelsea di kompetisi liga kini sudah memasuki 27 pertandingan, sebuah rentang tak tertandingi selama 522 hari sejak Mei 2024. Namun, streak itu pasti akan berakhir, karena dalam sepak bola, segala sesuatu bisa berubah, termasuk nasib besar dalam kompetisi ini.
Baca juga: Liverpool Bidik Bek Tengah Baru Setelah Cedera Leoni
Ketatnya Persaingan di Puncak Klasemen
Meski baru memasuki Oktober, momen-momen penting seperti pertandingan Jumat malam menjadi indikator betapa kompetisi ini sangat kompetitif. Jess Park dan Ella Toone dari Manchester United terus menunjukkan chemistry yang tajam, sementara Anna Sandberg mencetak gol penyeimbang dengan gol voli yang indah. Keterbatasan skuad United, yang gagal memainkan beberapa pemain kunci karena cedera, menunjukkan kekurangan dalam kedalaman skuad mereka.
Pelatih Sonia Bompastor menyatakan, “Ketika Anda pelatih Chelsea, Anda memiliki keunggulan dalam kedalaman skuad.” Ia juga menambahkan, “Kedalaman adalah kunci di paruh kedua musim.” Sedangkan pelatih Manchester United, Marc Skinner, menegaskan, “Kami ingin menambah pemain di Januari untuk memperkuat skuad.”
Sementara itu, Manchester City tampil impresif meski tanpa Lauren Hemp, Mary Fowler, dan Kerolin yang absen karena cedera. The Citizens tampil agresif dan tangguh, menunjukkan bahwa mereka percaya diri mampu merebut gelar juara. Pelatih City, Andree Jeglertz, menegaskan, “Ini adalah pernyataan kepada diri sendiri. Saya percaya kami bisa menjuarai liga dan mengalahkan semua tim. Tapi jika tidak, kata-kata itu menjadi sia-sia.”
Meski kalah, Arsenal mendapatkan kritik atas penampilan mereka yang dianggap kurang tajam dan terlalu terbaca lawan. Mereka bermain lambat dan terlalu polos, meskipun memiliki banyak opsi di lini serang. Asisten pelatih Renee Slegers menyampaikan, “Kami sangat kecewa dengan hasil ini. Liga ini kecil, dan kami ingin mengontrol segala sesuatu yang bisa dikendalikan.”
Slegers mengakui bahwa Arsenal kini harus bergantung pada keberuntungan dan permainan di kandang sendiri untuk tetap bersaing di perebutan gelar. Mereka akan menghadapi Chelsea dalam beberapa pekan ke depan, sebuah duel yang berpeluang menentukan nasib keduanya.
Selain itu, Chelsea sendiri menunjukan kekuatan mereka dengan kemenangan penting yang menegaskan ambisi mereka meraih gelar keenam secara beruntun. Gol pertama mereka, hasil kerja sama cerdas Macario dan Wieke Kaptein, menunjukkan kualitas dan kepercayaan diri skuad Chelsea. Mereka tetap menjadi kandidat utama meski wajar terlihat adanya celah di sektor tengah dan transisi permainan, yang tentu akan jadi perhatian lawan-lawannya.
Perandingan akhir pekan ini memperlihatkan kerentanan dari setiap tim: kekurangan di lini tengah Chelsea, kekompakan City yang masih dibangun, kedalaman skuad United yang terbatas, dan Arsenal yang tampak statis dan mudah dibaca lawan. Untuk saat ini, persaingan gelar WSL berlangsung sangat menarik dan terbuka lebar bagi siapa saja yang mampu memanfaatkan peluang dan menjaga konsistensi.
Tags: klasemen Manchester United Chelsea Liga Wanita Inggris Women’s Super League Persaingan Giro