Memulai musim Premier League dengan hati-hati memang wajar, namun terkadang terlalu cepat menarik kesimpulan dari satu pekan pertandingan. Juara biasanya belum diputuskan di bulan September, meskipun hasil pekan lalu menunjukkan perubahan signifikan dalam performa tim-tim besar. Arsenal menunjukkan kekuatan mereka dengan meraih kemenangan yang biasanya sering mereka relakan, sementara Liverpool kembali menunjukkan kelemahan di lini belakang saat mereka menelan kekalahan pertama musim ini. Di sisi lain, Manchester City tetap konsisten dengan membungkam lawan-lawannya yang lebih rendah kualitasnya, dan Chelsea kembali mengalami kejatuhan.
Sejak awal musim, lini pertahanan Liverpool tampak goyah. Setelah tampil dominan musim lalu dan dikenal dengan kemenangan dengan skor 2-0 yang stabil, tim asuhan Jurgen Klopp kini kerap memenangkan pertandingan di menit-menit akhir. Mereka telah mencatatkan gol kemenangan di menit ke-88, 94, 100, 83, 95, 92, dan 85. Fenomena ini tentu tidak berkelanjutan, sehingga muncul pertanyaan apakah performa tim akan membaik ataukah gol-gol menit-menit akhir ini akan berhenti muncul. Pada pertandingan melawan Crystal Palace, formasi 4-2-3-1 dengan Florian Wirtz yang bermain di tengah sebagai pendukung striker diubah menjadi formasi 4-3-3, dengan Wirtz ditempatkan di kiri. Perubahan ini pernah memberi stabilitas saat melawan Atlético Madrid di Liga Champions, dengan trio Ryan Gravenberch, Alexis Mac Allister, dan Dominik Szoboszlai yang kembali ke posisi awal mereka, namun tidak serta-merta mampu menutup celah kelemahan Liverpool yang sering terekspos Palace. Setelah turun minum, performa Liverpool membaik, tetapi tidak berlebihan jika dikatakan mereka bisa saja tertinggal tiga atau empat gol saat itu.
Mengenai skuad, Liverpool masih terlihat kurang di posisi gelandang bertahan. Meski demikian, pemain seperti Trent Alexander-Arnold yang melakukan invert dari posisi bek kanan dan memberikan tambahan keamanan di lini tengah ternyata cukup berpengaruh. Dengan kemenangan lima laga dari lima pertandingan—termasuk kemenangan kandang atas Arsenal dan tandang ke Newcastle—performa awal Liverpool terbilang positif. Namun, selama performa mereka belum kembali seperti musim lalu, gelar juara akan sulit diraih. Untuk mempertahankan gelar, kontrol permainan seperti musim lalu harus dipertahankan.
Arsenal sendiri mulai menunjukkan karakter berbeda dengan mengatasi berbagai rintangan. Setelah imbang di injury time kontra Manchester City pekan lalu, mereka meraih kemenangan di injury time saat melawan Newcastle, sehingga jarak poin di puncak klasemen berkurang menjadi dua. Kemenangan ini juga menandai keberhasilan mereka mengatasi kontroversi VAR yang membatalkan gol mereka di babak pertama. Dalam beberapa musim terakhir, Arsenal dikenal sebagai tim yang mudah merasa putus asa saat menghadapi kesulitan, namun kali ini mereka mampu bangkit dan meraih hasil positif. Perubahan ini turut dirasakan dalam suasana dan posisi klasemen yang kini jauh berbeda dibandingkan jika mereka gagal memanfaatkan gol-gol di akhir pertandingan.
Di posisi ketiga, Manchester City berada di fase transisi. Mereka sudah mengalami dua kekalahan di Liga, termasuk dengan menerapkan blok rendah saat seri melawan Arsenal—yang belum pernah digunakan sebelumnya oleh Pep Guardiola selama menangani City. Walau begitu, mereka kembali menunjukkan kekuatan saat mengalahkan Manchester United dengan gaya serangan balik yang lebih dominan dari biasanya. Setelah mengalahkan Napoli yang bermain dengan 10 orang dan kemudian membantai Burnley, City tampak mulai menemukan kembali kepercayaan diri mereka dengan mengandalkan performa individu seperti Jérémy Doku. Gol-gol di akhir pertandingan dari lawan yang kehabisan tenaga memperlihatkan sikap percaya diri yang mulai kembali.
Sementara itu, Chelsea kini tertinggal dua poin dari City tetapi menunjukkan tanda-tanda keraguan diri yang cukup besar. Kemenangan terbaik mereka adalah dengan skor 5-1 saat membantai West Ham yang tidak berdaya. Mereka masih sangat bergantung pada Cole Palmer untuk menciptakan peluang dan tampak rapuh di belakang, terutama setelah mengalami dua kekalahan yang disebabkan penalti yang dihadiahkan wasit. Kedua kekalahan tersebut terjadi setelah mereka menerima kartu merah, keduanya karena pelanggaran yang mencegah peluang mencetak gol, bukan semata-mata karena kelemahan pertahanan. Meski pernah menjadi juara dunia klub, secara domestik mereka belum menunjukkan performa yang mampu bersaing di papan atas.
Secara umum, kandidat juara musim ini masih menunjukkan kelemahan. Liverpool terlalu terbuka di lini belakang, Arsenal masih meragukan kemampuan diri dan sangat bergantung pada set-piece, sementara City masih beradaptasi dengan pemain baru dan gaya bermain Guardiola. Ketiga tim tersebut belum menunjukkan performa terbaik mereka secara konsisten. Satu-satunya yang terlihat cukup stabil adalah Arsenal, walaupun mereka tetap harus memperbaiki berbagai aspek. Setelah pekan lalu, Arsenal tampaknya paling layak merasa puas dengan performa mereka sejauh ini.
Tags: Premier League Liverpool Manchester City Arsenal Liga Inggris Chelsea