Ribuan deportasi terhadap pencari suaka yang ditolak di Jerman sering gagal terlaksana. Hal ini disebabkan oleh banyaknya orang yang menghilang atau mengajukan surat keterangan medis mendadak.
Kepala kepolisian Jerman, Dieter Romann, mengungkapkan bahwa tahun lalu saja, negara bagian mencatat sekitar 53.800 deportasi. Dari jumlah tersebut, sekitar 33.600 dilakukan batal sebelum proses penanganan dilakukan.
Menurut Romann, banyak dari mereka yang seharusnya diusir ke luar negeri ternyata menyembunyikan diri saat hari keberangkatan atau mengajukan surat keterangan medis terakhir menit sebelum deportasi dialihkan.
"Sayangnya, itu adalah kenyataan: di balik setiap angka, terdapat usaha yang sangat besar. Selama proses ini sering dibatalkan di tengah jalan, jarak antara mereka yang seharusnya meninggalkan negara dan yang benar-benar melakukannya akan tetap jauh."
Baca juga: Iran Pertimbangkan Pindahkan Ibukota karena Krisis Air
Kekurangan Fasilitas Penahanan dan Dampaknya
Romann sangat kritis terhadap minimnya pusat penahanan bagi para deportan di Jerman. Ia menyatakan, "Ketika ada 226.000 orang yang seharusnya diusir, namun kurang dari 800 pusat penahanan, aparat kepolisian nasional dan federal tidak dapat menahan mereka saat ditemukan, meskipun syarat hukum untuk menahannya terpenuhi."
Akibatnya, mereka yang berhak diusir cenderung menyembunyikan diri, ujar Romann lagi. Ia menegaskan bahwa kondisi tersebut terus mempersulit proses deportasi dan membiarkan orang-orang yang seharusnya meninggalkan negara tetap bersembunyi.
Pada perjanjian koalisi pemerintah yang mulai berlaku pada Mei lalu, komitmen untuk meningkatkan jumlah deportasi terhadap pencari suaka yang ditolak telah menjadi prioritas utama. Namun, tantangan logistik dan fasilitas tetap menjadi hambatan besar dalam pelaksanaannya.