Manchester United mengalami kekalahan 2-1 dari Brentford di pertandingan terakhir, memperlihatkan tantangan besar yang dihadapi di bawah taktik Ruben Amorim. Dalam pertandingan tersebut, posisi wing-back menjadi sorotan utama, menyusul kombinasi unik yang diterapkan pelatih Portugal tersebut. Di satu sisi, ada pemain yang memenangkan Liga Champions sebagai No 10, sementara di sisi lain, penggedor yang mencetak 20 gol di Premier League musim lalu.
Konsep Amorim, yang menempatkan wing-back sebagai bagian penting dari formasi 3-4-3, tetap dipertahankan meski situasi menunjukkan bahwa peran tersebut tidak sepenuhnya efektif. Beberapa pemain seperti Diogo Dalot dan Noussair Mazraoui lebih sering ditemukan bermain di posisi tersebut, meskipun keduanya seharusnya tampil sebagai bek sayap. Ada pula Patrick Dorgu yang tampaknya lebih cocok sebagai pemain sayap, namun posisinya di tempat lain membuatnya sulit memberikan kontribusi maksimal.
Pengaruh Formasi 3-4-3 terhadap Performa Manchester United
Meskipun Amorim telah menginvestasikan sekitar 200 juta poundsterling untuk pemain baru termasuk Bryan Mbeumo, kehadiran wing-back tidak mampu meningkatkan produktivitas gol dan assist tim. Bahkan, assist yang berasal dari pemain sayap ini, seperti Dalot dan Dorgu, masih minim. Dalot sendiri, yang sebelumnya mencatatkan gol di Eropa musim lalu, tak mampu mencetak gol di liga sejak ditunjuk oleh Amorim, hanya menyumbang dua assist, lebih sedikit dari duo Dorgu dan Mazraoui yang sama-sama tidak mencetak gol.
Statistik menunjukkan bahwa kinerja xG (anticipated goals) dan xA (anticipated assists) dari duo bek sayap ini cukup rendah, dengan Dalot memiliki 0.05 dan 0.06, sementara Mazraoui memiliki angka serupa, menunjukkan keterbatasan mereka dalam menyerang. Hal yang sama berlaku untuk Dorgu, yang meskipun menunjukkan peningkatan, tetap menghadapi tantangan besar untuk berkontribusi secara ofensif.
Ketidakefektifan Wing-back dalam Menjadi Ancaman Serangan
Secara statistik, wing-back Amorim cenderung kurang berdaya saing dibandingkan full-back menyerang lainnya seperti Trent Alexander-Arnold dan Pedro Porro, yang memiliki expected assists mencapai 0.28 per 90 menit. Aspek lain yang mencolok adalah jumlah crossing ke kotak penalti, di mana pemain seperti Antonee Robinson dan Milos Kerkez jauh lebih aktif dalam menciptakan peluang.
Selain itu, pemain seperti Dorgu dan Mazraoui menunjukkan bahwa mereka tidak mampu memanfaatkan posisi tersebut secara optimal. Dorgu sendiri memiliki tingkat keberhasilan dribel yang menurun dari musim lalu, dan statistik ini menunjukkan bahwa peran wing-back di bawah Amorim tidak mampu menghasilkan dampak serangan yang signifikan.
Ruben Amorim, following defeat at Brentford, faces another high-pressure match at home to Sunderland on Saturday (Getty Images)
Baca juga: Tim FPL Terbaik Pekan Ini: Haaland dan Arsenal Gemilang
Perbandingan dengan Tim Peraih Trofi dan Taktik yang Digunakan
Tim-tim juara Premier League yang pernah menggunakan formasi 3-4-3, seperti Chelsea di bawah Antonio Conte, menunjukkan bahwa wing-back mampu memberikan kontribusi gol dan assist yang vital. Contohnya, Marcos Alonso dan Victor Moses, yang mencatatkan total sembilan gol dan assist dalam musim juara mereka.
Saat ini, Crystal Palace menjadi tim yang paling sukses dalam mengadopsi formasi ini, dengan Daniel Munoz menyumbang empat gol dan lima assist, serta kontribusi penting lainnya dalam kompetisi FA Cup. Namun, di tim Man United, posisi ini tetap menjadi titik lemah karena tidak mampu menciptakan ancaman serangan yang cukup signifikan.
Baca juga: Southampton Intip Kembali Ward-Prowse di Bursa Transfer Januari
Ketergantungan pada Pemain Tengah dan Dampak Taktik
Biasanya, bahwa Bruno Fernandes sering menjadi bagian dari lini serang, tetapi taktik Amorim menempatkan kapten sebagai ganda tengah untuk menampung kekurangan dari wing-back. Strategi ini menyebabkan celah di tengah ketika United kehilangan bola. Jika dibandingkan dengan Chelsea era Conte, mereka mampu bertahan berkat kedalaman dan soliditas di lini tengah, berkat kehadiran pemain seperti N’Golo Kante dan Cesc Fabregas.
Ketika United mencoba menegaskan serangan dengan Mason Mbeumo dan Mason Mount sebagai wing-back—yang juga bukan pemain sayap maupun bek—taktik ini menjadi kontradiktif dan menimbulkan kerentanan. Pendekatan ini menempatkan prioritas pada ideologi di atas kenyataan permainan, dan hal ini tercermin dari minimnya kontribusi menyerang dari pemain yang seharusnya berperan sebagai penyerang sayap.
Sementara itu, tugas Amorim mengelola formasi ini menghadirkan pertanyaan besar apakah strategi ini didasarkan pada metode tertentu atau sekadar kekonyolan semata.
Bruno Fernandes missed a penalty for the second time this season (Getty Images)
Tags: Premier League Manchester United Taktik Wing-back Klub Analisis