Francesco Acerbi mengungkapkan suasana hati pemain Inter Milan setelah kekalahan telak 0-5 dari Paris Saint-Germain di final Liga Champions. Menurutnya, tim merasa mampu meraih kemenangan, namun kenyataannya telah berakhir hampir sejak pertandingan dimulai.
Inter mencatatkan pencapaian luar biasa dengan mencapai final kompetisi elit Eropa ini untuk kedua kalinya dalam tiga tahun, sebuah capaian yang patut diapresiasi mengingat mereka dibangun dengan anggaran yang jauh lebih terbatas dibandingkan lawan-lawannya.
Selama perjalanan mereka, Nerazzurri berhasil menyingkirkan Bayern Munich dan Barcelona, meningkatkan kepercayaan diri tim. Akan tetapi, Acerbi mengakui bahwa rasa percaya diri ini mungkin malah menjadi beban psikologis yang berlebihan.
Baca juga: Juventus Siap Ramaikan Liga Champions Wanita 2025/2026 dengan Debut di Allianz Stadium
Harapan Tinggi Inter Sebelum Final
Setelah kekalahan di final, Acerbi menyatakan suasana hati skuad yang penuh kelegaan dan keputusasaan. "Setelah pertandingan, kami saling menatap dan bahkan tidak marah, karena hampir tidak ada yang tersisa ketika pertandingan baru berjalan beberapa menit," ungkapnya kepada Sky Sport Italia.
“Saya melihat kelelahan mental. Kami mengeluarkan energi mental yang sangat besar selama turnamen ini. Seminggu setelah gelar Serie A dipastikan, kami merasa yakin bahwa kemenangan di final ini bisa diraih, apalagi setelah menyingkirkan Bayern dan Barcelona. Banyak pihak menyebut kami sebagai favorit, tekanan itu pun menumpuk.
“Hampir seluruh musim kami terasa seperti kelelahan total, berbeda dengan PSG yang tampil sangat siap dan memainkan permainan sempurna. Ketika kami tertinggal 2-0, jika kami mampu mencetak satu gol, mungkin situasinya bisa berbeda, tetapi pada malam itu, kami tidak cukup bagus. Kekalahan ini memang pantas didapatkan.”
Acerbi: ‘Inter felt we could win Champions League Final with PSG’
Dalam perjalanan Liga Champions musim itu, Acerbi dan tim menikmati momen-momen mendebarkan, termasuk dua laga semi-final yang berakhir imbang 3-3 dengan Barcelona, yang akhirnya diputuskan melalui perpanjangan waktu.
Acerbi bahkan sukses mencetak gol penyeimbang yang memaksa pertandingan perpanjangan waktu di leg kedua di San Siro. Gol tersebut ia cetak saat mengenakan sepatu bot dengan lubang di bagian sebelahnya, yang bukan karena superstitious, melainkan demi kenyamanan.
“Lubang itu saya buat karena jari kaki saya mengalami memar parah dan membiru, dan terasa nyeri. Saya potong lubang agar memberi ruang lebih, mulai dari November,” ujarnya. "Saya selalu mengalami nyeri saat mengenakan sepatu dan kenyamanan adalah prioritas utama daripada penampilan. Saya termasuk generasi lama yang bermain kapan saja dan dalam kondisi apa saja,” tambahnya.
Sekarang, di usia 37 tahun, Acerbi tetap menunjukkan performa yang mengesankan, yang semakin mengagumkan mengingat ia pernah berjuang melawan dua kali kanker.
“Saya mengalami ‘kelahiran kembali’ dalam karier sepak bola setelah sakit. Tidak mudah, tetapi dari situ saya belajar menghadapi hal-hal di luar kendali, menerimanya, dan mencoba menemukan sisi positifnya. Hidup sehat tidak sekadar tidur lebih awal atau tidak minum anggur, tetapi tentang tahu apa yang benar-benar diinginkan dalam hidup,” paparnya.
“Jangan mencari alasan, karena itu akan menarik Anda ke dalam pusaran negatif yang sulit keluar. Selalu lihat ke dalam diri dan berusaha memperbaiki diri.”
Reaksi Francesco Acerbi Usai Inter Tersungkur di Final Liga Champions (1)
Reaksi Francesco Acerbi Usai Inter Tersungkur di Final Liga Champions (3)
Tags: Liga Champions inter milan Acerbi Paris Saint-Germain Final Liga Champions