(L to R) Kan CEO Eldad Koblenz, Kan chairman Gil Omer, Frank-Dieter Freiling and Jon Ola Sand of the EBU (credit: COURTESY KAN)

Israel Berpotensi Dikeluarkan dari Eurovision 2026 karena Konflik Gaza

26 Sep 2025 | Bagas Pratama | Berita | Berita Internasional

Ketegangan politik dan konflik Gaza mengancam partisipasi Israel dalam Eurovision 2026, dengan beberapa negara menyatakan boikot, dan voting untuk penentuan keikutsertaan akan dilaksanakan bulan November.

Israel telah berpartisipasi dalam Kontes Lagu Eurovision sejak 1973, sebuah acara yang didirikan setelah perang dunia kedua untuk menyediakan platform kompetisi damai antar bangsa. Namun, tahun ini, keputusannya dipertaruhkan di tengah ketegangan politik terkait konflik di Gaza.

Baru-baru ini, Union Penyiar Eurovision (EBU), badan yang mengelola kontes tersebut, mengumumkan akan mengadakan pemungutan suara pada November mendatang mengenai keikutsertaan Israel dalam kontes tahun 2026, yang akan digelar di Wina, Austria, pada bulan Mei.

Awalnya, voting ini dijadwalkan berlangsung Desember, namun tiba-tiba dipercepat karena tekanan dari beberapa penyiar publik Eropa yang menginginkan pembahasan lebih cepat terkait keikutsertaan Israel. Beberapa negara, termasuk Spanyol, Irlandia, Slovenia, Belanda, dan Islandia, sudah menyatakan bahwa mereka tidak akan berpartisipasi jika Israel tampil, sebagai bentuk protes terhadap perang di Gaza.

Persoalan ini menimbulkan ketegangan, mengingat Spanyol merupakan salah satu dari lima negara pendukung utama Eurovision bersama Prancis, Italia, Jerman, dan Inggris. Keputusan untuk memboikot Israel ini muncul setelah banyak desakan di berbagai negara agar Israel dikeluarkan dari kontes, dengan alasan kekhawatiran akan pengaruh politik dalam acara yang seharusnya menjadi ajang budaya dan persatuan.

Sementara itu, EBU menegaskan bahwa Eurovision bukanlah kompetisi antar pemerintah, melainkan antar penyiar publik, dan menyatakan bahwa KAN, badan penyiar publik Israel, tidak melanggar aturan. Pada masa lalu, Rusia diskors dari kontes setelah menginvasi Ukraina dan menyiarkan propaganda pemerintah, yang menjadi dasar penangguhan mereka dari kompetisi. KAN meskipun menerima dana dari pemerintah, tetap independen secara isi dan hingga saat ini tetap menjadi anggota EBU yang sah.

Eurovision 2026 logo (photo credit: Wikimedia Commons)Eurovision 2026 logo (photo credit: Wikimedia Commons)

Dalam pernyataannya, KAN menyatakan harapannya bahwa kejuaraan ini akan tetap menjaga identitas budaya dan non-politiknya. Mereka menegaskan bahwa diskualifikasi Israel akan berimplikasi luas terhadap nilai-nilai solidaritas dan persatuan yang menjadi dasar Eurovision. KAN juga menegaskan bahwa setiap keputusan luar biasa semacam ini memerlukan persetujuan mayoritas sebesar 75% dari anggota Majelis Umum EBU, dan mereka yakin EBU akan tetap menjaga karakter budaya dan non-politik dari kontes ini, khususnya dalam merayakan 70 tahun Eurovision.

Meski demikian, ada kekeliruan dalam proses pemungutan suara tersebut. Situs Eurovision Fun melaporkan bahwa belum jelas bagaimana proses penghitungan suara akan dilakukan. Dinyatakan bahwa status keanggotaan EBU tidak akan terkait langsung dengan keikutsertaan Israel, dan tidak ada kejelasan apakah keputusan akan diambil dengan mayoritas sederhana atau mayoritas tiga perempat sesuai aturan EBU, yang menjadi bahan perdebatan di kalangan pengamat dan KAN sendiri.

Baca juga: Perkembangan Operasi Militer di Gaza: Evakuasi Masif dan Serangan Udara

Sejarah dan Tren Partisipasi Israel di Eurovision

Sejak bergabung pada 1973, Israel telah menorehkan prestasi dengan empat kali keluar sebagai juara, yakni pada 1978, 1979, 1998, dan 2018. Tahun 2025, Yuval Raphael, yang pernah selamat dari tragedi pembantaian festival musik Nova, berhasil memperoleh posisi kedua secara keseluruhan dan memenangkan voting penonton melalui lagu berjudul “New Day Will Rise,” yang menjadi simbol ketahanan dalam menghadapi tragedi.

Sayangnya, sejumlah negara peserta menuduh Israel melakukan kecurangan dalam beberapa bentuk selama kontes tahun 2025, tuduhan yang kemudian ditolak oleh EBU. Data menunjukkan, penampilan Israel tetap mendapatkan skor tinggi dari penonton, menunjukkan bahwa meskipun pejabat publik di beberapa negara Eropa tidak ingin Israel ikut serta, para penonton Eurovision justru mendukung secara penuh.

Sejumlah pejabat dan pengamat menyoroti pentingnya diplomasi publik dan budaya dalam kompetisi ini, dan menyatakan bahwa Israel perlu meningkatkan upaya mereka dalam bidang ini untuk menghindari politisasi dalam Eurovision yang seharusnya terlaksana sebagai ajang persatuan dan seni.

Tags: Israel politik internasional Gaza Eurovision Budaya Perlombaan Musik

Artikel Terkait
Berita
Olahraga
Hiburan