Sebuah laporan independen yang dikeluarkan oleh tiga ahli hukum internasional dari Prancis, Republik Ceko, dan Swedia mengungkapkan bahwa Rusia secara sistematis melakukan perlakuan buruk dan pembunuhan terhadap tawanan perang Ukraina.
Laporan tersebut menyatakan bahwa penyiksaan dan eksekusi massal merupakan praktik umum yang terjadi di lapangan. Para ahli menegaskan bahwa tindakan tersebut dapat dikategorikan sebagai kejahatan perang dan, dalam beberapa kasus, bisa juga dianggap sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan.
Baca juga: Achraf Hakimi Lancarkan Penyangkalan Terhadap Tuduhan Pemerkosaan
Rekomendasi Investigasi Internasional
Para ahli menyarankan agar Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) di Den Haag melakukan penyelidikan terhadap insiden tersebut. Saat ini, ICC sedang menyelidiki dugaan penculikan anak-anak Ukraina dan serangan terhadap sasaran sipil di Ukraina.
Menurut laporan itu, bukti kredibel menunjukkan bahwa tahanan dijatuhi hukuman dengan menggunakan sandangan pistol, sekop, sengatan listrik, dan anjing, sementara hampir 43% dari tawanan perang yang dibebaskan melaporkan mengalami kekerasan seksual.
Meski tidak disebutkan jumlah pasti pembunuhan terhadap tawanan di luar medan perang, tim OSCE mencatat bahwa kantor HAM PBB telah mendokumentasikan bukti yang kredibel tentang 194 eksekusi di medan perang sampai Mei 2025, selain laporan pembunuhan di fasilitas penahanan.
Selain itu, laporan ini juga mengutip pernyataan dari komandan militer dan pejabat Rusia yang mengimbau perlakuan kejam terhadap tawanan, termasuk adanya pesannya dari mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev yang saat ini menjabat sebagai deputi ketua Dewan Keamanan Rusia. Medvedev pernah mengatakan: "Mereka tidak punya hak hidup. Eksekusi, eksekusi, eksekusi."
Baca juga: Badai Ragasa Sebabkan Kerusakan Parah di Asia-Pasifik
Jumlah Tawanan dan Bukti di Lapangan
Sejak invasi Rusia ke Ukraina dimulai pada Februari 2022, diperkirakan sekitar 13.500 prajurit Ukraina telah ditangkap. Dari jumlah tersebut, sekitar 6.800 telah dibebaskan, sementara sebanyak 6.300 masih berada dalam tahanan.
Hasil temuan ini didasarkan pada kesaksian mantan tawanan, pejabat Ukraina, laporan dari organisasi internasional, dan bukti-bukti lainnya. Rusia sendiri tidak turut serta dalam proses investigasi ini.
Tags: Rusia ICC Ukraina Tawanan Perang Kejahatan Perang Pelaporan Internasional