Kalana Logo
Keseruan ajang bulu tangkis Polytron Superliga Junior 2025 yang digelar di GOR Jati, Kudus, Jawa Tengah, mulai Senin (15/9/2025) hingga Minggu (21/9/2025).

Dari Lapangan Sederhana, PB Djarum Raih Prestasi Dunia

27 Sep 2025 | Siti Aminah | Olahraga | Badminton

Dari lapangan sederhana di Kudus, PB Djarum dan klub lokal lainnya menunjukkan perjalanan panjang menuju prestasi dunia, menegaskan pentingnya ekosistem berkelanjutan dalam pembinaan bulu tangkis Indonesia.

Suara raket bertemu shuttlecock menggema riuh dari lapangan kecil di Kudus, Jawa Tengah, sekitar lima dekade lalu, menandai awal perjalanan klub bulutangkis yang kini dikenal dunia. Di balik atap seng dan tiang seadanya, sekelompok karyawan pabrik rokok Djarum memanfaatkan ruang yang dikenal sebagai 'brak' untuk bermain dan berlatih olahraga bulu tangkis. Tempat itu kemudian menjadi awal berdirinya Perkumpulan Bulu Tangkis (PB) Djarum, yang lahir pada 1969 dan kini menjadi salah satu kekuatan utama bulu tangkis Indonesia.

Ketua PB Djarum, Yoppy Rosimin, mengenang perjalanan panjang klub ini. Ia menyatakan bahwa awalnya, klub ini tidak memiliki rencana khusus untuk menjadi klub berprestasi. Ia mengatakan, "Awalnya kami tidak punya rencana jadi klub berorientasi prestasi. Dulu lebih banyak untuk rekreasi, cari keringat saja." Namun, keberadaan sosok Lim Swie King di awal 1970-an menjadi titik balik. Remaja berbakat dari Kudus ini kesulitan mencari sparing yang sepadan, sehingga pengurus klub mulai mengundang pemain dari luar kota, yang kemudian membentuk fondasi untuk kemajuan klub.

Langkah tersebut membawa hasil positif. Pada 1974, Lim Swie King, yang masih belasan tahun, berhasil meraih gelar juara nasional, menegaskan bahwa klub kecil dari ruang sederhana bisa mencetak juara dunia. "Saat itu dia masih belasan tahun. Dari situ terbukti, klub yang awalnya lahir dari brak bisa melahirkan juara," tambah Yoppy.

Dalam membangun klub dari nol, PB Djarum menghadapi banyak tantangan, termasuk minimnya pemain muda yang mampu dibina dan keberadaan pemain veteran yang tidak lagi diarahkan ke jalur prestasi. Untuk mengatasi hal tersebut, klub ini mengembangkan sistem pembinaan yang berkelanjutan dan beriorentasi pada pembangunan ekosistem yang menyeluruh. Filosofi ini penting agar klub mampu menghasilkan pemain secara terus-menerus, tanpa terputus.

Yoppy menegaskan, "Kalau ekosistem sudah berjalan, (klub) akan menghasilkan (pemain) terus-menerus. Tapi, kalau sekali putus, ekosistem macet, momentum hilang." Ia menambahkan, "(Butuh waktu) sepuluh tahun (pembinaan) baru bisa jadi (atlet). Itu pun belum tentu berhasil."

Kini, PB Djarum dikenal sebagai pabrik pencetak atlet bulutangkis berprestasi internasional. Banyak atlet didikannya yang telah mengibarkan Merah Putih di berbagai ajang dunia, mulai dari Thomas Cup hingga Olimpiade. Meskipun demikian, Yoppy menegaskan bahwa klub ini tetap memayungi semangat sebagai komunitas lokal yang tumbuh dari akar rumput.

Menurutnya, rahasia keberhasilan menjaga konsistensi adalah komitmen dalam membangun ekosistem yang menyatu, mulai dari usia dini, remaja, hingga atlet senior. "Kalau mau menggeluti sesuatu, benahi dulu ekosistemnya. Dari pemain usia dini, remaja, hingga senior, semua harus tersambung," ujarnya.

Semangat inilah yang menjadi inspirasi bagi klub-klub lokal lain yang berpartisipasi dalam turnamen regu bertajuk Polytron Superliga Junior 2025, hasil kolaborasi Bakti Olahraga Djarum Foundation dan Polytron. Kompetisi ini mempertemukan berbagai klub dari berbagai daerah dan beberapa perwakilan dari luar negeri. Turnamen ini menjadi ajang latihan sekaligus laboratorium pembinaan bagi klub-klub lokal, termasuk Champion Kudus, yang turut berpartisipasi.

Head Coach Champion Kudus, Muhammad Revindra Rayhaldi, menyebut bahwa kompetisi ini menambah jam terbang anak-anak dan menjadi pengalaman berharga. Ia menilai, tantangan terbesar justru berada pada aspek mental anak-anak usia 11–12 tahun yang sering merasa grogi karena atmosfer pertandingan beregu berbeda dengan pertandingan individu, apalagi dengan adanya dukungan suporter dan sorakan tim.

Ketua PB Djarum Yoppy Rosimin saat jumpa wartawan di sela-sela Polytron Superliga Junior 2025.Ketua PB Djarum Yoppy Rosimin saat jumpa wartawan di sela-sela Polytron Superliga Junior 2025.

Untuk mengatasi hal tersebut, tim pelatih Champion Kudus lebih menitikberatkan pada pembinaan nonteknis. Setelah latihan, mereka rutin menggelar briefing dan memberi afirmasi positif agar pemain siap menghadapi pertandingan besar. Menurut Revindra, pola pikir anak-anak mulai terbentuk dan belajar tentang nilai solidaritas serta tanggung jawab dalam berkompetisi, yang sangat penting untuk masa depan bulu tangkis Indonesia.

Revindra menambahkan, "Kalau kalah individu, ya sudah selesai. Namun, kalau beregu, tanggung jawabnya lebih besar. Mereka belajar menang bersama, kalah pun bersama." Ia yakin pengalaman ini akan sangat berguna di level dunia, seperti pada kejuaraan junior internasional yang menggunakan format beregu.

Selain sebagai batu loncatan pembinaan, turnamen ini juga dianggap membangun karakter dan semangat komunitas. Menurut Revindra, kepercayaan dan semangat dari klub-klub lokal, khususnya dari Kudus, akan terus membara dan memberi dampak positif terhadap pengembangan bulutangkis nasional.

Kudus sendiri dikenal sebagai kota kecil yang kini telah mengukir namanya sebagai pusat bulutangkis Indonesia. Pemerintah daerah turut mendukung penuh pengembangan ekosistem ini dengan memperbaiki fasilitas dan memanfaatkan momen olahraga sebagai daya tarik wisata.

Pemerintah Kabupaten Kudus misalnya, responsif terhadap kebutuhan infrastruktur dan menjaga reputasi kota sebagai kota bulu tangkis. Mereka juga mendorong sektor UMKM untuk menjaga harga dan kualitas produk agar tetap menarik bagi wisatawan yang datang, sekaligus menikmati destinasi wisata seperti Menara Kudus, kuliner jenang, batik khas Kudus, dan kopi Muria dari Desa Japan.

Pengembangan ekosistem bulu tangkis di Kudus juga didukung oleh kolaborasi antar klub melalui berbagai kegiatan dan turnamen. Yoppy Rosimin mengingatkan bahwa prestasi jangka panjang harus didukung oleh kompetisi berjenjang dan keberlanjutan pembinaan dari usia dini. Ia menegaskan, "Harus ada kompetisi berjenjang, jangan sampai bolong. Kalau bolong, makin lebar (maka makin sulit menutupnya)."

Revindra berharap, Polytron Superliga Junior akan terus digelar setiap tahun sebagai upaya berkelanjutan membangun generasi pemain yang lebih matang dan siap bersaing di level internasional. Ia menambahkan, "Pembinaan itu harus berjenjang dan berkelanjutan. Kalau dari (kelompok kategori) U-13 dan U-15 sudah ditempa seperti dalam ajang ini, nanti (saat memasuki jenjang) U-19, mereka lebih siap."

Kesungguhan dan keberhasilan klub lokal seperti PB Djarum dan Champion Kudus membuktikan bahwa klub bukan sekadar tempat latihan, melainkan rumah bagi mimpi, sekolah karakter, dan gerbang menuju panggung dunia bulu tangkis.

Head Coach Champion Kudus Muhammad Revindra Rayhaldi dan pemain U13 Champion Kudus La Ode Muhammad Ahsan Kamil dalam gelaran Polytron Superliga Junior 2025.Head Coach Champion Kudus Muhammad Revindra Rayhaldi dan pemain U13 Champion Kudus La Ode Muhammad Ahsan Kamil dalam gelaran Polytron Superliga Junior 2025.

Tags: BulutangkisPB DjarumChampion Kudusturnamen juniorekosistem olahragapembinaan atlet

Artikel Terkait
Berita
Olahraga
Hiburan