Two security force personnel detain a protester

Kerusuhan Anti-Korupsi di Maroko Memuncak Dalam Demonstrasi Massal

1 jam lalu | Bagas Pratama | Berita | Berita Internasional

Kerusuhan pecah di Maroko karena demonstrasi sosial. Ratusan warga menuntut layanan lebih baik dan menentang korupsi. Polisi dan pengunjuk rasa terlibat bentrokan keras. Banyak yang ditangkap, sebagian dibebaskan. Pemerintah menyatakan siap berdialog dan menghargai tindakan aparat. Aksi ini bagian gelombang serupa di Asia dan Afrika Summer ini. Menunjukkan pengaruh media sosial dan ketidakpuasan pemuda terhadap pemerintah dan pembangunan. Kerusuhan ini menegaskan perlunya solusi nyata demi stabilitas politik dan sosial.

Konflik sengit pecah antara para pengunjuk rasa dan aparat keamanan di Maroko, saat aksi demonstrasi yang dipimpin pemuda memasuki hari keempat. Ratusan warga berbaris di berbagai wilayah nasional pada Selasa malam, menyerukan peningkatan layanan sosial dan pemberantasan korupsi.

Dalam aksi tersebut, para demonstran melempar batu ke arah petugas, menurut laporan media lokal. Rekaman video memperlihatkan kendaraan dan bank dibakar sebagai simbol ketidakpuasan terhadap kondisi sosial dan ekonomi saat ini.

Asosiasi Hak Asasi Manusia Maroko menuduh aparat melakukan penyerangan fisik terhadap para pengunjuk rasa dan melakukan penangkapan secara sewenang-wenang. Kejadian ini semakin memanas di kota Oujda, dimana dilaporkan seorang pengunjuk rasa terluka setelah tertabrak kendaraan polisi.

Demonstrasi ini digagas melalui media sosial oleh kelompok muda yang menyebut dirinya GenZ 212. Dalam pernyataan yang diposting di Facebook, mereka menyampaikan "penyesalan atas tindakan kerusuhan atau vandalisme yang merusak properti umum maupun pribadi." Kelompok ini juga mengimbau agar peserta tetap damai dan menghindari tindakan yang dapat "merusak legitimasi tuntutan kami."

Para pengunjuk rasa mengangkat slogan yang menuntut peningkatan layanan kesehatan dan pendidikan, serta peluang pekerjaan yang lebih baik. Selain itu, mereka juga mengkritik anggaran besar yang dialokasikan untuk pembangunan stadion saat Piala Dunia FIFA 2030. Salah satu spanduk yang terlihat di ibukota Rabat berbunyi, "Setidaknya stadion FIFA akan punya kotak pertolongan pertama! Rumah sakit kita tidak."

Baca juga: Video Kebakaran Bangunan Indonesia Disalahgunakan untuk Hoaks Filipina

Reaksi Pemerintah dan Situasi Terkini

Sejumlah sekitar 200 orang telah ditangkap oleh pihak berwenang, tetapi sebagian besar sudah dibebaskan. Kementerian Hak Asasi Manusia menyebutkan bahwa 37 anak muda saat ini dalam status jaminan, menunggu hasil penyelidikan. Pemerintah menyatakan kesediaannya untuk berdialog dengan para pemuda "melalui institusi dan ruang publik untuk mencari solusi yang realistis." Mereka juga memuji "reaksi seimbang aparat keamanan sesuai prosedur hukum yang berlaku."

A woman looking at her mobile phone and the graphic BBC News Africa[Getty Images/BBC]

Gelombang unjuk rasa ini mengikuti jejak demonstrasi besar-besaran yang dipelopori kaum muda di Nepal, Indonesia, Filipina, dan Madagaskar selama musim panas. Di Nepal, protes memaksa pengunduran diri Perdana Menteri, sementara di Madagaskar, Presiden membubarkan kabinetnya untuk meredakan ketegangan.

Asosiasi Hak Asasi Manusia Maroko melaporkan bahwa sekitar 200 demonstran telah ditangkap, meskipun sebagian besar telah memperoleh kebebasan. Hanya 37 orang yang sekarang dalam tahanan jaminan sedang menjalani penyelidikan.

Kelompok koalisi pemerintah menyatakan keinginan untuk berdialog dengan para pemuda "dalam kerangka institusi dan ruang publik untuk mencari solusi yang realistis," dan memuji "reaksi tenang aparat keamanan sesuai prosedur hukum."

Baca juga: Penghargaan Kehidupan Berkualitas Diberikan kepada Aktivis Dunia

Perkembangan Internasional Terkait

Kerusuhan ini menambah daftar panjang aksi serupa yang dipicu generasi muda di kawasan ini, mengikuti gelombang demonstrasi di berbagai negara. Aksi tersebut menunjukkan kekuatan media sosial sebagai pedang bermata dua dalam pergerakan sosial.

Di seluruh dunia, ketidakpuasan terhadap ketimpangan sosial dan pemerintahan dianggap sebagai pemicu utama kerusuhan massal ini. Di tengah ketegangan yang meningkat, pemerintah dan kelompok masyarakat di berbagai negara berupaya menemukan solusi konstruktif untuk ketidakpuasan ini, demi mencegah eskalasi kekerasan lebih jauh.

Tags: Hak Asasi Manusia Kerusuhan demonstrasi Maroko pemuda

Artikel Terkait
Berita
Olahraga
Hiburan