Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menyatakan bahwa kematian siswi SMKN 1 Cihampelas berinisial BR tidak ada hubungannya dengan kasus keracunan yang disebabkan oleh program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis, Dadan menegaskan, "Itu kan sudah dijelaskan dari sana bahwa itu tidak ada hubungan." Ia juga menyebutkan bahwa pihaknya telah melakukan penyelidikan awal dan bertanya kepada orangtua siswi untuk mengetahui penyebab meninggalnya sang siswa.
Namun, orangtua BR menolak untuk melakukan otopsi sehingga proses penyelidikan diarahkan ke pemerintah setempat. Dadan menjelaskan, "Kemarin sebenarnya kita bertanya, tapi orang tuanya kan tidak boleh tidak mengizinkan untuk otopsi. Jadi kita serahkan ke pemerintah setempat yang menyampaikan ya."
Baca juga: MK Minta Pemerintah Pisahkan Pengelolaan PPDS Uni dan Rumah Sakit
Insiden Meninggal dan Kasus Keracunan di SMKN 1 Cihampelas
Sebelumnya, siswi berinisial BR meninggal dunia pada Selasa, 30 September 2025, di tengah kekhawatiran atas kasus keracunan massal dari program MBG yang berlangsung di sekolah tersebut pada Rabu, 24 September 2025.
Walaupun kasus kematian BR dikaitkan dengan keracunan massal, pihak sekolah memastikan bahwa siswi tersebut tidak termasuk dalam daftar korban yang mengalami gejala keracunan saat kejadian.
Dady, seorang guru dari SMKN 1 Cihampelas, menyatakan bahwa siswa yang mengikuti konsumsi MBG tidak tercatat dalam data korban keracunan di posko maupun fasilitas kesehatan setempat. "Betul siswa kami ikut konsumsi MBG. Namun saat kejadian tidak tercatat masuk posko, puskesmas, maupun rumah sakit," ujarnya.
Data dari Puskesmas Cihampelas juga menyebutkan bahwa total ada 121 siswa yang mengalami gejala seperti mual, pusing, kejang, dan sesak napas setelah mengikuti program tersebut. Kendati demikian, kepala puskesmas tersebut, Edah Jubaidah, menyatakan bahwa kematian BR tidak dapat langsung dikaitkan dengan kasus keracunan massal.
Edah menambahkan bahwa sejak awal, almarhumah tidak pernah mengeluh gejala keracunan dan bahkan masih masuk sekolah pada hari Senin, 29 September 2025. Ia menilai bahwa jeda waktu sekitar 4–5 hari antara konsumsi dan munculnya gejala masih terlalu panjang untuk menyimpulkan bahwa kedua peristiwa tersebut terkait secara langsung.
Tags: keracunan massal program sekolah Kesehatan Sekolah kematian siswi Cihampelas