Para pemimpin Uni Eropa tengah membahas proposal penggunaan aset Rusia senilai miliaran euro guna mendanai pinjaman reparasi untuk Ukraina selama dua hari konsultasi di Kopenhagen.
Kanselir Jerman Friedrich Merz mengatakan pada hari Kamis bahwa dia mengharapkan keputusan akan diambil dalam beberapa minggu ke depan, meskipun mendapatkan kritik keras dari Belgia, dimana dana tersebut saat ini dibekukan.
"Kami telah berdiskusi secara intensif mengenai penggunaan aset Rusia untuk membantu Ukraina lebih jauh," kata Merz yang meninggalkan pertemuan para pemimpin Eropa di Kopenhagen.
Usulan ini akan dipelajari secara mendalam dengan tujuan untuk mengambil keputusan "kemungkinan besar" dalam tiga minggu di puncak Uni Eropa berikutnya di Brussels.
"Saya akan mendukung jalur apapun yang memungkinkan aset Rusia digunakan untuk membantu Ukraina lebih jauh dan memastikan perang ini berakhir secepat mungkin," ujarnya.
Merz menambahkan bahwa ia meninggalkan pertemuan di Kopenhagen "dengan keyakinan kuat bahwa terdapat konsensus yang sangat kokoh" untuk menempuh jalur ini.
Baca juga: Ribuan Warga Prancis Demo Tolak Anggaran Austerity
Keberatan Belanda dalam Rencana Penggunaan Aset Rusia
Namun, rencana tersebut dihadapkan pada keraguan dari beberapa anggota UE terkait kekhawatiran hukum dan dampaknya terhadap pasar keuangan Eropa.
Pada hari Kamis, Perdana Menteri Belgia Bart De Wever secara tegas mengkritik rencana yang diajukan Merz dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen untuk memanfaatkan dana Bank Sentral Rusia yang dibekukan guna memberikan Ukraina pinjaman tambahan hingga €140 miliar ($164,3 miliar).
Menurut laporan Komisi, sekitar €200 miliar aset Rusia telah dibekukan di UE karena invasi Rusia ke Ukraina. Sebagian besar di antaranya dipegang oleh Euroclear, pusat sekuritas berbasis Brussels.
Sampai saat ini, bunga dari dana yang dibekukan tersebut telah digunakan untuk mendukung Ukraina.
De Wever menuduh pendukung inisiatif ini mengabaikan risiko secara kasar dan tidak memiliki jawaban atas pertanyaan terbuka.
Selain potensi konfiskasi aset milik perusahaan Eropa di Rusia, ia juga menyebut kemungkinan upaya pembunuhan terhadap kepala Euroclear sebagai kekhawatiran lain.
Italian Prime Minister Giorgia Meloni, German Chancellor Friedrich Merz, The North Atlantic Treaty Organization (NATO) Secretary General Mark Rutte, Spanish Prime Minister Pedro Sanchez and Albania's Prime Minister Edi Rama react as they and other leaders pose for a family photo at the 7th European Political Community (EPC) Summit at the Bella Center in Copenhagen. Suzanne Plunkett/PA Wire/dpa
Selain isu legal, De Wever memperingatkan bahwa belum ada penyelesaian pasti terkait masalah hukum, dan bahwa rencana ini menyangkut risiko yang cukup besar.
Dalam skema yang diusulkan, Rusia hanya akan mendapatkan kembali uang tersebut jika membayar reparasi setelah perang berakhir. Jika dana Rusia yang dibekukan harus secara tak terduga dilepaskan, negara anggota UE harus memberikan jaminan.
De Wever merupakan tokoh kunci dalam rencana ini karena inisiatif ini tidak dapat dilaksanakan tanpa persetujuan Belgia.
Baca juga: Risiko Tinggi, Pilot Drone Ukraina Jadi Target Utama Rusia
Perspektif Berbagai Negara terhadap Penggunaan Aset Rusia
Perdana Menteri Hongaria Viktor Orbán, yang dikenal akrab dengan beberapa kebijakan pro-Moskow, menyatakan bahwa mendengarkan kekhawatiran De Wever "tidak menjanjikan."
"Pertanyaannya, itu uang siapa? Jika itu uang orang lain, Hongaria tidak akan pernah menyentuhnya. Kami bukan pencuri. Uang itu bukan milik kami," katanya.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut bahwa De Wever benar menegaskan bahwa hukum internasional harus dihormati.
"Eropa bukan benua di mana Anda bisa secara tiba-tiba menyita aset bank sentral siapa pun," ujarnya.
"Pada saat yang sama, aset beku ini akan menjadi bagian dari solusi di akhir perang karena Rusia akan menimbulkan kerusakan besar dan menciptakan biaya yang tinggi bagi semua pihak," tambah Macron.
Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen mengakui bahwa "banyak pertanyaan wajar muncul" terkait rencana ini dan berharap Komisi Eropa dapat mengatasi kekhawatiran tersebut menjelang pertemuan pemimpin yang akan datang.
"Bagi saya, sangat jelas bahwa kita harus mencari cara untuk membiayai dukungan lebih lanjut untuk Ukraina. Jika bukan melalui ini, saya belum mendengar ide lain yang seefektif ini," katanya.
Ia juga menyebut bahwa pemerintah Belgia merasa mengalami kesulitan, tetapi berharap dan percaya bahwa semua 27 negara anggota dapat menemukan solusi yang didukung bersama.