Chinese walk past a nondescript building housing the Cyberspace Administration of China's second office in Beijing on November 6, 2017. - Stephen Shaver/UPI/Shutterstock

China Perketat Pengendalian Konten Negatif di Internet

24 Sep 2025 | Fitri Handayani | Berita | Berita Internasional

China meluncurkan kampanye dua bulan untuk mengendalikan gelombang negativity di media daring, sebagai respons terhadap kekhawatiran ekonomi dan kerentanan sosial yang meningkat di kalangan generasi muda.

Otoritas internet China meluncurkan kampanye nasional selama dua bulan untuk mengekang penyebaran sikap pesimis yang berkembang di media sosial, platform live streaming, dan video pendek. Langkah ini diambil setelah pemerintah menyatakan kekhawatiran terhadap peningkatan citra negatif yang menular di ranah digital.

Dalam pernyataannya, Administrasi Cyberspace China menyebutkan bahwa beberapa konten yang menjadi target "menafsirkan fenomena sosial secara malicious, secara selektif melebih-lebihkan kasus negatif, dan memanfaatkannya sebagai peluang untuk mempromosikan pandangan dunia nihilistik atau negatif lainnya."

Selain itu, mereka juga menyoroti konten yang "terlalu merendahkan diri atau memperbesar rasa putus asa dan negativitas, yang kemudian mendorong orang lain meniru sikap serupa," tambah pernyataan tersebut.

Baca juga: Kecelakaan Tanker Ikut Banjir Kemacetan di I-195 Providence

Pengaruh Ekonomi dan Pola Hidup Generasi Muda China

Penindakan ini muncul di tengah kekhawatiran akan penurunan ekonomi yang dipicu oleh krisis properti, yang berdampak pada menurunnya kepercayaan konsumen, perlambatan konsumsi, dan peningkatan angka pengangguran, terutama di kalangan kaum muda. Situasi ini memperburuk prospek hidup dan pandangan hidup mereka. Sentimen ini juga memunculkan fenomena 'menyatakan diri menyerah’ atau 'lying flat', sebuah gaya hidup sederhana dan bebas stres yang menjadi tren di internet China sejak 2021.

Sikap keras pemerintah ini muncul setelah sejumlah blogger yang mengekspresikan gaya hidup 'lying flat' mengalami penghapusan video dan larangan terhadap akun media sosial mereka. Belum lama ini, platform media sosial seperti Weibo, Kuaishou, dan Xiaohongshu juga dikenai sanksi karena membiarkan munculnya konten yang dianggap menyebarkan informasi berbahaya, seperti spekulasi tentang selebriti dan isu sepele lainnya yang trending.

Dalam pernyataan hari Senin, regulator internet China menegaskan bahwa kampanye ini meliputi pengawasan ketat terhadap konten yang memicu konflik ekstrem di antara kelompok, menyebarkan ketakutan dan kecemasan, serta memantik kekerasan dan permusuhan daring.

Selain itu, konten yang beredar tentang rumor ekonomi, teknik doxxing, dan narasi pesimistis seperti 'usaha sia-sia' juga termasuk dalam sasaran. Kampanye ini juga menargetkan konten yang 'menjual kecemasan', khususnya yang mengeksploitasi kekhawatiran tentang pekerjaan, hubungan, dan pendidikan untuk mempromosikan penjualan kelas atau produk terkait.

Job seekers look for opportunities at a job fair mostly for overseas returnees and PhD holders in Nanjing in east China's Jiangsu province on September 20, 2025. - FEATURECHINA/Newscom/SipaJob seekers look for opportunities at a job fair mostly for overseas returnees and PhD holders in Nanjing in east China's Jiangsu province on September 20, 2025. - FEATURECHINA/Newscom/Sipa

Otoritas mengimbau masyarakat untuk aktif melaporkan kasus-kasus tersebut sebagai bentuk perlawanan terhadap penyebaran sentimen negatif yang bersifat malicious.

Baca juga: Lonjakan Eksekusi Mati Tertinggi dalam Tiga Dekade di Iran

Respon Media dan Analisis Ahli

Dalam komentar yang dipublikasikan media resmi, kampanye ini dipandang sebagai langkah 'tepat' dalam menghadapi kekacauan yang sedang berlangsung. Mereka menegaskan bahwa konten yang memecah belah secara malicious dapat memicu kesalahpahaman kolektif, kepanikan sosial, menyudutkan rasionalitas dan fakta, bahkan memicu konflik offline yang berakibat kerusakan jangka panjang terhadap ketertiban umum dan kepercayaan masyarakat.

Prof. Ja Ian Chong dari Universitas Nasional Singapura yang fokus pada studi China menyatakan bahwa saat ini terlihat adanya "kekurangan motivasi, bahkan pesimisme" yang cukup signifikan di kalangan warga China terkait prospek individu mereka. Ia menyebutkan bahwa wajar jika otoritas China berupaya meningkatkan kepercayaan konsumen dan konsumsi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, dan salah satu caranya adalah dengan mengelola sentimen publik secara daring.

Situasi ekonomi China saat ini masih bergulat dengan berbagai tantangan domestik dan eksternal yang mempengaruhi target pertumbuhan tahunan sebesar 5%. Data terbaru menunjukkan penurunan output pabrik dan penjualan ritel ke tingkat terendah dalam 12 dan 9 bulan terakhir. Angka pengangguran bagi usia 16-24 tahun meningkat menjadi 18,9% pada bulan ini, menandai level tertinggi dalam dua tahun terakhir.

Chong menambahkan bahwa meskipun kampanye ini dapat meredam nada negatif secara daring, kondisi umum masih bergantung pada prospek kehidupan dan karier yang lebih baik. Sebagai respons terhadap tekanan dari luar dan perlambatan ekonomi, muncul tren baru di dunia maya berupa 'orang tikus', yakni kaum muda China yang menjalani gaya hidup menghindar dan mengurung diri, termasuk tidur di tempat tidur dan memesan makanan antar-jemput untuk menghindari keluar rumah.

Chong menyatakan bahwa otoritas akan terus berusaha menekan munculnya istilah dan ekspresi baru terkait gaya hidup ini, meski mereka cenderung berkembang seiring waktu.

Untuk mengikuti berita dan newsletter CNN, masyarakat didorong membuat akun di CNN.com.

The Xiaohongshu Technology Co. logo at the company's headquarters in Shanghai, China, on September 15, 2025. - Raul Ariano/Bloomberg/Getty ImagesThe Xiaohongshu Technology Co. logo at the company's headquarters in Shanghai, China, on September 15, 2025. - Raul Ariano/Bloomberg/Getty Images

Tags: pemerintah media sosial China internet konten negatif ekonomi

Artikel Terkait
Berita
Olahraga
Hiburan