Jerman Anjur Penolakan Tembak Jets Rusia Masuk Zona NATO

24 Sep 2025 | Fitri Handayani | Berita | Berita Internasional

Perdana Menteri Pertahanan Jerman menegaskan penolakan terhadap aksi penembakan jet Rusia masuk wilayah NATO demi menjaga keamanan dan stabilitas kawasan.

Polisi pertahanan Jerman, Boris Pistorius, menyampaikan pendapat bahwa seruan untuk menembak jatuh jet Rusia yang memasuki wilayah udara NATO dianggap tidak konstruktif. Ia mendesak agar NATO menerapkan kebijakan menahan diri setelah beberapa kali pesawat tempur Moskow melanggar kawasan udara aliansi.

Pistorius menyebut bahwa pelanggaran tersebut berbahaya dan berpotensi menimbulkan kecelakaan atau kesalahpahaman, namun ia menegaskan bahwa dalam insiden terakhir, tidak ada perilaku ceroboh dari pilot Rusia.

"Sejauh ini, tidak ada tanda-tanda agresivitas yang nyata dalam insiden-insiden tersebut. Tetapi itu merupakan prasyarat untuk intervensi secara fisik," ujar Menteri Pertahanan Jerman pada hari Selasa.

Pesan Kebijakan dan Pengalaman Masa Lalu

Pistorius mengatakan hal tersebut dalam konferensi pers setelah bertemu dengan Menteri Pertahanan Swedia, Pål Jonson. Ia menambahkan bahwa "permintaan yang tidak berdasar untuk menembak sesuatu dari langit" akan dianggap tidak berguna dan menegaskan bahwa NATO harus menghindari jebakan eskalasi yang dibuat oleh Presiden Rusia Vladimir Putin.

“Kebijaksanaan bukanlah ketakutan, tetapi tanggung jawab terhadap negara dan perdamaian di Eropa,” katanya.

Kampanye publik yang menyerukan pemboman pesawat Rusia mulai meningkat setelah sekitar 20 drone menerobos wilayah udara Polandia pada awal September.

Presiden Republik Ceko, Petr Pavel, yang juga pernah menjabat sebagai jenderal NATO, berpendapat bahwa menembak jatuh pesawat Rusia bisa menjadi opsi bagi aliansi, mengingat bahwa setelah Turki menembak jatuh pesawat Rusia pada 2015, "provokasi Rusia berhenti."

NATO dan banyak negara anggotanya secara terpisah menyatakan kesiapan mereka untuk melindungi wilayah udara masing-masing, bahkan dengan kekuatan jika diperlukan.

Baca juga: Jerman Tolak Tambahan Sanksi terhadap Israel, Berlakukan Larangan Ekspor Senjata

Pengawasan dan Kerja Sama Militer

Menteri pertahanan Jerman menjelaskan bahwa pasukan pengawas dari Jerman dan Swedia bekerja sama dalam menangani sebuah pesawat pengintai Rusia yang melakukan penerbangan rendah berbahaya di atas Laut Baltik selama akhir pekan, memastikan pesawat tersebut "segera meninggalkan wilayah udara NATO."

Swedia, yang bergabung dengan NATO pada tahun 2024 setelah lama bersikap netral, adalah anggota terbaru dari aliansi tersebut.

Selain melakukan intercept pesawat Rusia bersama, kedua menteri juga menyoroti hubungan yang semakin dekat antara kedua negara, termasuk dalam bidang pertahanan.

Pistorius menyebutkan bahwa bersama-sama mereka akan mengadakan beberapa proyek pengadaan senjata, seperti pembelian misil pertahanan udara IRIS-T SLM di bawah naungan European Sky Shield Initiative dan kendaraan salju produksi Swedia.

Baca juga: Israel-Negara Barat Berkonflik dengan Aktivis Bantuan Internasional di Perairan Crete

Potensi Penguatan Kerjasama Teknologi

Produsen pertahanan Swedia juga diperkirakan akan mendapat keuntungan karena E-3 Sentry, sistem pengawasan udara tak berawak NATO yang berbasis di Jerman, akan pensiun. Ini akan meninggalkan kekosongan kemampuan pengawasan dini dan kontrol udara nasional bagi Berlin.

Pistorius menyebut bahwa Saab GlobalEye dari Swedia saat ini unggul untuk menutup kekurangan kapasitas tersebut, meskipun ia mengingatkan bahwa keputusan terkait masih belum diambil.

Tags: NATO Pertahanan Eropa Pesawat Militer Kebijakan Keamanan

Artikel Terkait
Berita
Olahraga
Hiburan