Musim ini menjadi salah satu yang paling mengecewakan bagi Lazio. Setelah mengalami musim panas yang sulit karena embargo transfer yang menghalangi mereka mendatangkan pemain baru, Lazio kini menghadapi tantangan besar di bawah arahan pelatih Maurizio Sarri yang kembali ke Stadion Olimpico.
Sarri resmi kembali pada bulan Juni lalu, 15 bulan setelah mengundurkan diri dari klub, dan kehadirannya sangat diapresiasi di tengah keterbatasan yang ada. Akan tetapi, presiden Lazio, Claudio Lotito, terus menuai kritik dari para suporter yang menilai pendekatannya yang terkesan dingin dan kurang terlibat, serta minim investasi ke klub.
Seorang mantan pemain Lazio, Luis Alberto, terakhir menyatakan bahwa klub mereka saat ini ‘dikelola oleh orang-orang yang tidak memahami sepak bola,’ yang menunjukkan masalah utama di balik keberlangsungan klub di Stadion Olimpico.
Baca juga: Kesempatan Terakhir Teun Koopmeiners di Juventus
Kekalahan dari Roma Membuktikan Lazio Masih Jauh Dari Kata Sukses
Di pertandingan Derby della Capitale pada Minggu sore, Lazio menelan kekalahan 0-1 dari rival sengit mereka, AS Roma. Walaupun Lazio tampil cukup baik dengan menciptakan beberapa peluang, mereka gagal memanfaatkan kesempatan emas, seperti peluang Boulaye Dia yang terbuang sia-sia saat laga berlangsung. Sarri juga menatap hasil positif meski rombongan pemainnya mengalami berbagai kendala karena cedera yang terus menerus menyerang skuad Lazio.
Roma, di sisi lain, memperkuat skuad mereka di bursa transfer musim panas dengan mendatangkan pemain seperti Kostas Tsimikas, Evan Ferguson, dan Neil El Aynaoui, sementara Lazio hanya bisa melakukan transfer pinjaman dengan kewajiban yang telah ada sebelumnya. Kekurangan kedalaman skuad akhirnya terlihat saat beberapa pemain utama Lazio harus digantikan di tengah pertandingan.
Lazio must stay patient as Biancocelesti stuck between rock and a top coach
Beberapa pemain seperti Fisayo Dele-Bashiru harus keluar lebih awal karena cedera, dan Nicolo Rovella yang sedang tidak dalam kondisi fit harus memulai laga meski terbatas opsi lain yang tersedia. Kekurangan pemain cadangan dan cedera yang terus bertambah menjadi kendala besar bagi Lazio untuk tampil konsisten.
Baca juga: Leao Ungkap Penolakan terhadap Transfer ke Inter dan Pilihan Milan
Keberhasilan Sarri Jadi Harapan Terbesar Lazio
Di tengah kondisi sulit tersebut, keberadaan Maurizio Sarri menjadi sumber harapan baru bagi Lazio. Kehadirannya di klub sempat menjadi kejutan dan keputusannya untuk tetap bertahan meskipun ada embargo transfer semakin memperlihatkan komitmennya. Sarri merupakan pelatih dengan pengalaman dan reputasi besar, termasuk meraih trofi Europa League dan gelar Serie A, serta memainkan peran penting dalam kebangkitan Napoli di akhir 2010-an.
Sarri dikenal sebagai filsuf sepak bola, dengan gaya permainan yang terus berkembang dan didukung oleh filosofi yang matang. Dengan kesabaran dan dukungan yang tepat dari manajemen, dia diyakini sebagai sosok yang cocok memimpin Lazio menuju masa depan yang lebih baik.
Namun, di Roma, kesabaran dan dukungan tidak selalu mudah didapat. Dalam lima tahun terakhir, Lazio mengalami kemunduran, dari yang sebelumnya rutin bermain di Liga Champions dan diperkuat pemain-pemain elit, hingga saat ini tanpa kompetisi Eropa, dengan proses transfer yang minim dan kurangnya dukungan dari direksi, terutama melalui pelaksanaan tugas Angelo Mariano Fabiani.
Claudio Lotito dan Lazio harus belajar dari kesalahan mereka, berfokus pada konsistensi, dan memberikan dukungan yang tepat kepada staf pelatih dan pemain. Jika tidak, risiko mereka kehilangan Sarri dan kemungkinan klub semakin tertinggal di masa depan sangat besar. Sebaliknya, jika Lotito memutuskan untuk menjual klub, potensi untuk menuju ke arah yang lebih cerah dan meraih keberhasilan yang lebih besar sangat terbuka lebar bagi Lazio.
Kinerja Buruk Lazio, Sarri Jadi Harapan Terakhir (2)
Tags: Lazio Serie A Maurizio Sarri Klasemen Liga Italia Derby Roma Transfer Lazio