Program makan bergizi gratis (MBG) yang menjadi janji utama Presiden Prabowo Subianto menghadapi sejumlah kendala dalam pelaksanaan, sehingga belum mampu mencapai target awal secara penuh.
Sebagian besar masalah muncul dari insiden keracunan yang dialami penerima manfaat, dengan jumlah kasus mencapai ribuan dan bahkan ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).
Kondisi ini menyebabkan program tersebut mendapatkan kritik keras dari berbagai pihak dan akhirnya dilakukan peninjauan ulang terhadap pelaksanaannya.
Revisi Target dan Pengakuan atas Masalah
Walaupun awalnya target yang dicanangkan cukup tinggi, Presiden Prabowo kemudian melunak dan menyatakan tidak akan memaksakan pencapaian total 82,9 juta penerima manfaat hingga akhir 2025.
"Tapi kita tidak bisa paksakan untuk lebih cepat. Sekarang saja bisa terjadi penyimpangan. Bayangkan kalau kita paksakan dengan secepat-cepatnya. Mungkin penyimpangan dan kekurangan bisa lebih dari itu," kata Prabowo saat menghadiri Munas PKS di Jakarta, Senin (26/9/2025).
Selain itu, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, mengakui bahwa lembaga ini masih dalam tahap penguatan organisasi dan pembangunan kelembagaan dilakukan secara paralel dengan upaya mencapai target gizi nasional.
“Sebetulnya untuk mengukuhkan organisasi butuh waktu, tetapi karena kita dikejar target, jadi kita balapan melengkapi organisasi dengan mengejar target. Utamanya adalah bagaimana target bisa dipenuhi,” tutur Dadan pada 22 September 2025 lalu.
Baca juga: TNI AU Terima Pengiriman Pertama Pesawat T-50i dari Korea
Perkembangan Program dan Data Terkini
Presiden Prabowo mengungkapkan, saat ini jumlah penerima MBG sudah mencapai 30 juta dari total target 82 juta penerima manfaat yang direncanakan akhir tahun ini.
Namun, kekurangan sekitar 50 juta orang ini membuatnya merasa sedih, karena sasaran utama adalah menyasar anak-anak dan ibu hamil yang masih menunggu pelayanan tersebut.
“Kita mengerti 30 juta suatu prestasi, tapi ingat sasaran kita masih jauh. Sasaran kita adalah 82 juta penerima manfaat,” kata Prabowo.
“Tapi, saya sebagai Presiden masih sangat sedih karena masih 50 juta anak-anak dan ibu hamil yang menunggu,” lanjutnya.
Sementara itu, Dadan menyebutkan bahwa hingga 22 September 2025, sudah terdapat 9.615 dapur MBG atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang melayani kurang lebih 31 juta penerima.
Di sisi lain, tercatat ada 4.711 kasus keracunan makanan yang terjadi selama pelaksanaan program ini.
Baca juga: BGN Berikan Insentif Guru untuk Program Makan Bergizi Gratis
Distribusi Kasus Keracunan dan Penyebabnya
Data menunjukkan keracunan paling banyak terjadi di Pulau Jawa, terbagi dalam tiga wilayah: Wilayah I sebanyak 1.281 kasus, Wilayah II sebanyak 2.606 kasus, dan Wilayah III sebanyak 824 kasus.
Dadan juga melaporkan jumlah Kejadian Luar Biasa (KLB) yang terjadi selama pelaksanaan program ini, sebagian besar terjadi pada dapur MBG yang baru beroperasi.
"Data menunjukkan bahwa kasus banyak dialami oleh SPPG yang baru beroperasi karena SDM masih membutuhkan jam terbang," ujarnya.
Faktor lain yang turut memicu insiden ini meliputi kualitas bahan baku, kondisi air, serta pelanggaran terhadap Standar Operasional Prosedur (SOP).