Kalana Logo
Timnas Malaysia mencatatkan kemenangan telak 4-0 atas Vietnam pada laga kedua Grup F Kualifikasi Piala Asia 2027 di Stadion Nasional Bukit Jalil, Rabu (12/6/2025) malam

Skandal Naturalisasi Jadi Pelajaran bagi Perbaikan Sepak Bola Dunia

27 Sep 2025 | Kevin Pratama | Olahraga | Sepak Bola | Timnas

Skandal naturalisasi pemain di Malaysia berujung sanksi berat dari FIFA, menyoroti pentingnya regulasi ketat dan pembinaan pemain lokal untuk masa depan sepak bola Asia.

Dunia sepak bola Asia kembali berguncang oleh skandal besar setelah FIFA menjatuhkan sanksi keras terhadap Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) serta tujuh pemain naturalisasi yang terbukti melanggar aturan FIFA. Kasus ini menunjukkan konsekuensi serius dari praktik naturalisasi yang selama ini dipandang sebagai jalan pintas untuk mencapai prestasi sepak bola berlevel internasional.

Komite Disiplin FIFA secara resmi menyatakan bahwa FAM terbukti melakukan pelanggaran berdasarkan Pasal 22 dari Kode Disiplin FIFA (FDC). Dugaan pelanggaran tersebut muncul dari hasil investigasi yang mengungkap bahwa FAM memanipulasi dokumen agar dari tujuh pemain asing yang memperkuat timnas Malaysia, lima di antaranya adalah Gabriel Arrocha, Facundo Garces, Rodrigo Holgado, Imanol Machuca, dan Joao Figueiredo. Tindakan manipulasi dokumen ini dilakukan agar mereka memenuhi syarat untuk memperkuat skuad nasional.

Selain ketujuh pemain tersebut, dua pemain lainnya yang terlibat adalah Jon Irazabal dan Hector Hevel. Beberapa dari mereka bahkan telah bermain membela timnas Malaysia di laga resmi, termasuk saat menghadapi Vietnam dalam babak Kualifikasi Piala Asia 2027 pada 10 Juni 2025.

Sanksi Berat dan Dampaknya terhadap Timnas Malaysia

Akibat dari pelanggaran tersebut, FIFA menjatuhkan sanksi yang cukup berat. FAM diwajibkan membayar denda sebesar 350.000 Franc Swiss (sekitar Rp7,4 miliar). Selain itu, ketujuh pemain tersebut dikenai denda masing-masing sebesar 2.000 CHF dan larangan bermain selama 12 bulan di semua level kompetisi internasional. Hukuman ini merupakan salah satu yang terberat yang pernah dikenakan terhadap anggota FIFA di kawasan Asia Tenggara.

Sankti ini tentu berdampak besar terhadap perkembangan timnas Malaysia. FAM harus melakukan evaluasi mendalam terhadap kebijakan dan praktik naturalisasi yang selama ini kerap digunakan sebagai strategi cepat dalam memperkuat skuad nasional mereka. Parahnya, reputasi sepak bola Malaysia pun tercoreng di mata dunia akibat pelanggaran ini.

Praktik Naturaliasi Jadi Tembok Penghambat

Pengamat sepak bola nasional, Akmal Marhali, menilai skandal ini harus menjadi pemicu bagi FIFA untuk memperketat regulasi terkait naturalisasi pemain. Menurutnya, banyak negara berkembang yang terjebak dalam ilusi prestasi instan melalui merekrut pemain asing dari luar yang tidak pernah betul-betul berkontribusi di negara asalnya.

“Ya, belakangan naturalisasi menjadi tren di sejumlah negara yang sepak bolanya tertinggal dan berkembang, bertujuan untuk akselerasi prestasi atau quick win," kata Akmal. "Mereka mengambil pemain-pemain yang punya darah negara tersebut atau dari negara lain yang sejatinya ini delusional."

Ia menambahkan, praktik tersebut tidak hanya menghambat pembinaan pemain lokal, tetapi juga dapat menimbulkan masalah hukum yang lebih serius, bahkan berpotensi menjadi bentuk human trafficking atau jual beli manusia melalui sepak bola.

Pemain naturalisasi Timnas Malaysia, Hector Hevel (nomor 13), merayakan gol bersama rekan-rekannya pada laga Kualifikasi Piala Asia 2027 kontra Nepal di Stadion Sultan Ibrahim di Johor pada 25 Maret 2025.Pemain naturalisasi Timnas Malaysia, Hector Hevel (nomor 13), merayakan gol bersama rekan-rekannya pada laga Kualifikasi Piala Asia 2027 kontra Nepal di Stadion Sultan Ibrahim di Johor pada 25 Maret 2025.

“FIFA harusnya bisa membuat aturan tegas agar naturalisasi tidak dilakukan secara sewenang-wenang atau bahkan berpotensi sebagai human trafficking. Ini sangat berbahaya jika dibiarkan,” ujarnya.

Baca juga: FIFA Berikan Sanksi Tegas untuk Kasus Naturaliasi Malaysia

Kebutuhan Sinkronisasi Regulasi FIFA dan Hukum Nasional

Akmal juga menyarankan perlunya sinkronisasi antara regulasi FIFA dan hukum nasional di setiap negara yang melakukan proses naturalisasi pemain. "Karena proses naturalisasi ini selain terkait dengan statuta FIFA juga terkait dengan peraturan perundang-undangan di negara tersebut. Artinya, ada dua hukum yang berlaku dan harus diselaraskan," ujarnya.

Ia menekankan, jika tidak ada aturan yang jelas, proses naturalisasi dapat dengan mudah disalahgunakan dan diselewengkan. Untuk mencegah praktik ilegal, ia pun mengusulkan pembatasan jumlah pemain naturalisasi agar tidak menjadi transaksi gelap yang memicu perdagangan manusia secara ilegal melalui sepak bola.

“Kalaupun naturalisasi dibenarkan, harus dibatasi jumlah pemain agar tidak menjadi pasar gelap atau bahkan human trafficking yang melanggar hukum internasional,” pungkasnya.

Baca juga: Kabar Cedera Salem Al-Dawsari Ganggu Persiapan Arab Saudi Hadapi Indonesia

Pelajaran Berharga untuk Pengembangan Sepak Bola Global

Menurut Akmal, kasus Malaysia ini harus menjadi pelajaran berharga bagi FIFA dan negara-negara lain yang tengah berusaha memajukan sepak bola mereka. Ia menegaskan bahwa pengembangan sepak bola yang sehat dan berkelanjutan harus melalui pembinaan sejak usia dini dan bukan jalan pintas melalui naturalisasi sembarangan.

“FIFA harus melakukan ratifikasi terhadap statuta mereka terkait naturalisasi agar sepak bola berkembang secara alamiah. Setiap negara harus fokus pada pembinaan pemain lokal ketimbang mengambil jalan instan,” tuturnya.

Pelajaran dari skandal ini diharapkan dapat mengarah pada reformasi sistem naturalisasi yang lebih ketat dan adil, sehingga sepak bola Asia dan dunia dapat tumbuh secara sehat dan berkelanjutan, terbebas dari praktik-praktik gelap yang merusak integritas kompetisi.

Tags: FIFAPemain asingtimnas Malaysiaskandal naturalisasiaturan sepak bola

Artikel Terkait
Berita
Olahraga
Hiburan