Juara Grand Slam sebanyak enam kali, Iga Swiatek, menyatakan bahwa dia mungkin harus absen dari turnamen wajib demi melindungi kesehatannya setelah serangkaian cedera yang menimpa pemain selama ajang China Open.
Hingga babak perempat final di Beijing, pemain peringkat dua dunia asal Polandia ini melaju ke putaran 16 setelah lawannya dari Kolombia, Camila Osorio, mundur dari pertandingan sebelum set kedua karena cedera. Swiatek sendiri memenangkan set pertama dengan skor 6-0.
Sementara itu, perhelatan tenis di China pada hari Senin diwarnai lima pertandingan yang tidak selesai secara penuh. Beberapa petenis seperti Lois Boisson dan Zheng Qinwen bahkan harus keluar lapangan karena cedera saat bertanding, sementara Lorenzo Musetti dan Jakub Mensik harus mundur dari pertandingan pria karena cedera dan kelelahan.
Baca juga: Alcaraz Melaju ke Final Japan Open Setelah Kalahkan Ruud
Peraturan WTA dan Kekhawatiran Cedera
Sejak tahun lalu, Asosiasi Tennis Wanita (WTA) mewajibkan para petenis papan atas mengikuti semua turnamen Grand Slam, 10 dari turnamen WTA 1.000 termasuk Beijing, serta enam turnamen tingkat 500. Namun, Swiatek menyampaikan kekhawatirannya tentang beban turnamen yang terlalu berat.
"Sangat sulit untuk menyusun jadwal yang padat," ujar Swiatek yang berusia 24 tahun. "Mungkin saya harus memilih beberapa turnamen dan melewatkannya, meskipun turnamen tersebut wajib diikuti.
"Kita harus cerdas menjalani ini — tidak hanya patuh aturan tetapi juga memprioritaskan kesehatan sendiri."
Sejumlah pemain top, termasuk Novak Djokovic, selama beberapa tahun terakhir mengurangi jumlah turnamen yang dimainkan agar mampu menjaga kebugaran dan mengakhiri karier dengan kondisi optimal.
Baca juga: Alcaraz Raih Final Japan Open Setelah Kemenangan Epik
Pengaruh Jadwal Padat terhadap Pemain
Swiatek menyebut persyaratan jadwal yang ketat bagi petenis papan atas sebagai "cukup gila" karena kondisi fisik yang semakin terkuras di paruh kedua musim. Dia menyatakan bahwa "orang-orang merasa lebih lelah" saat musim berjalan menuju akhirnya.
“Saya belum tahu seperti apa masa depan karier saya dalam beberapa tahun ke depan,” ungkapnya. “Satu-satunya yang bisa saya lakukan sekarang, setelah memutuskan untuk mengikuti semua turnamen wajib ini, adalah merawat tubuh dan memperhatikan proses pemulihan."
“Perjalanan di Asia bagian akhir musim adalah bagian tersulit karena kita merasa musim akan segera berakhir, tetapi tetap harus mendorong diri.”
“Namun, banyak cedera yang terjadi. Hal ini disebabkan jadwal musim yang terlalu panjang dan intensitas yang tinggi.”
Swiatek menambahkan bahwa menyusun jadwal turnamen yang padat dan ketat memberikan tekanan besar terhadap fisik dan kesehatan petenis, sehingga perlunya pendekatan yang lebih cerdas dalam menjalani musim kompetisi.