Mantan Duta Besar Indonesia untuk Jepang, Yusron Ihza Mahendra (paling kanan) dalam peluncuran dan bedah buku novel Trilogi refleksi 60 tahun G30S di Kompas Institute, Jakarta, Selasa (30/9/2025).

Yusron Ihza Mahendra Luncurkan Trilogi Refleksi Sejarah G30S

1 jam lalu | Farrel Santoso | Berita | Berita Nasional

Yusron Ihza Mahendra meluncurkan trilogi yang membahas sejarah G30S dan kaitannya dengan kekuasaan. Ia berharap karya ini meluruskan fakta sejarah dan membuka tafsir baru. Buku ini diangkat dari riset mendalam dan sumber-sumber terpercaya. Pemerintahan Orde Baru membatasi kebebasan berbicara selama 30 tahun. Setelah reformasi 1998, diskusi sejarah menjadi lebih terbuka. Dalam kurikulum SMA 2022, tercatat tujuh versi penafsiran terkait G30S. Trilogi ini terdiri dari tiga buku berisi analisis mendalam tentang peristiwa dan kekuatan global yang mempengaruhinya.

Yusron Ihza Mahendra, mantan Duta Besar Indonesia untuk Jepang, meluncurkan sebuah karya novel sejarah berjudul Trilogi Refleksi 60 Tahun G30S. Buku ini dirilis sebagai upaya untuk meluruskan dan membuka ruang tafsir baru mengenai peristiwa kelam di tahun 1965 tersebut.

Dalam sambutannya saat peluncuran yang berlangsung di Gedung Kompas Institute, Palmerah, Jakarta, pada Selasa (30/9/2025), Yusron menyatakan bahwa tujuan utamanya adalah memperjelas fakta sejarah serta memahami dinamika di balik peristiwa itu. Ia menegaskan bahwa G30S bukan sekadar peristiwa tunggal, melainkan bagian dari rangkaian upaya besar untuk menggulingkan Presiden Soekarno.

Upaya AS dan kaitannya dengan G30S

Yusron menyampaikan bahwa berbagai bentuk intervensi dari Amerika Serikat selama masa itu turut mempengaruhi jalannya sejarah Indonesia, termasuk intervensi politik melalui operasi propaganda dan dukungan terhadap kelompok tertentu. Ia bahkan mengaitkan peristiwa G30S dengan pembunuhan Presiden AS John F. Kennedy, menyatakan bahwa keduanya merupakan bagian dari agenda global yang berpengaruh signifikan terhadap stabilitas pemerintahan nasional.

Menurutnya, berbagai tindakan Amerika selama masa tersebut sengaja dilakukan untuk melemahkan kekuatan Presiden Soekarno, mulai dari interferensi politik, seperti melalui konflik PRRI-Permesta, hingga operasi propaganda rahasia. "Banyak upaya dilakukan AS untuk melemahkan Soekarno, dan ini menjadi bagian dari narasi sejarah yang perlu diungkap,” ujarnya.

Baca juga: Yusron Ihza Mahendra Sebut G30S Bagian Rencana Lebih Besar

Metodologi penulisan dan pengalaman sejarah

Meski dikemas dalam bentuk novel, trilogi yang ditulis Yusron berdasarkan hasil riset mendalam dan sumber-sumber sejarah terpercaya. Ia menegaskan bahwa karya tersebut tidak sekadar berkhayal, melainkan hasil studi dan data yang kuat.

Yusron juga menyoroti ketegangan selama rezim Orde Baru yang membatasi kebebasan berpendapat, menciptakan budaya curiga, dan masyarakat lebih mengedepankan keselamatan diri. Setelah reformasi 1998, ruang diskusi mengenai sejarah menjadi semakin terbuka. Bahkan, dalam kurikulum sejarah SMA 2022, tercatat ada tujuh versi penafsiran berbeda terkait peristiwa G30S.

Baca juga: Analisis Pakar: Foto Prabowo Bersama Pemimpin Israel Dinilai Propaganda

Tiga buku dalam Trilogi Yusron Ihza Mahendra

Trilogi karya Yusron terdiri dari tiga buku berjudul "Irian Barat: Bayang-Bayang Intrik Global di Balik Misteri Pembunuhan Kennedy," "Nyanyian Bisu dalam Orkestra Bayang-Bayang," dan "Nyanyian Bangsa Cacing: Dalam Orkestra Dusta." Setiap karya berusaha mengungkap berbagai aspek tersembunyi dari peristiwa sejarah dan dinamika politik yang menyertainya.

Tags: Sejarah Indonesia G30S Peristiwa 1965 novel sejarah Yusron Ihza Mahendra

Artikel Terkait
Berita
Olahraga
Hiburan