Anggota Komisi IX DPR Irma Suryani Chaniago di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (4/3/2025).

Irma Suryani Usulkan Penghapusan Kata Gratis Pada Program Makan Bergizi

1 jam lalu | Reynaldo Putra | Berita | Berita Nasional

Anggota DPR menyarankan perubahan nama program makan bergizi agar tidak memiliki konotasi negatif. Program ini bertujuan meningkatkan kecerdasan anak Indonesia. Keracunan massal menjadi perhatian akibat pelaksanaan program. Kepala BGN menyebutkan ribuan orang terdampak keracunan. Pengawasan sertifikasi dianggap rentan disalahgunakan dan diperjualbelikan. Usulan ini disampaikan di tengah kekhawatiran tentang keamanan dan efektivitas program. Pemerintah diingatkan untuk lebih meningkatkan pengawasan dan pengamanan dalam pelaksanaan program tersebut.

Anggota Komisi IX DPR RI Irma Suryani Chaniago menyarankan agar nama program Makan Bergizi Gratis (MBG) diubah menjadi Makan Bergizi tanpa menyertakan kata 'gratis' karena dinilai memiliki konotasi yang kurang positif.

Irma menyampaikan usulan tersebut saat rapat kerja (Raker) Komisi IX bersama sejumlah pejabat terkait, termasuk kepala Badan Gizi Nasional, Badan Pengawas Obat dan Makanan, Menteri Kesehatan, dan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.

“Makan bergizi gratis ini, sebaiknya yang gratisnya itu dihapus, Pak. Makan bergizi saja. Enggak usah pakai gratis karena konotasinya negatif,” ujar Irma di ruang rapat DPR RI, Jakarta, Rabu (1/10/2025).

Baca juga: All Indonesia Kerjasama BSSN Tingkatkan Keamanan Data Pengguna

Optimisme terhadap Program dan Keprihatinan terhadap Aspek Pengawasan

Irma menyampaikan bahwa inisiatif Presiden Prabowo Subianto dalam meluncurkan program MBG memiliki tujuan mulia, yakni meningkatkan kecerdasan intelektual anak-anak Indonesia.

“Karena apa? Karena niat dari presiden, niat dari pemerintah memberikan ini kepada anak-anak bangsa,” katanya.

Selain itu, Irma juga memperingatkan bahwa aspek sertifikasi higiene dan sanitasi untuk dapur penyelenggara MBG berpotensi disalahgunakan dan diperjualbelikan.

Ia mengaku memahami masalah ini secara pribadi, lantaran sebelum menjadi anggota DPR, ia memiliki tiga usaha katering yang siap menyajikan ribuan porsi makanan.

Irma menambahkan bahwa ia memahami risiko keracunan massal yang pernah terjadi di berbagai kota akibat pelaksanaan program tersebut.

“Saya mau bicara sertifikasi. Ingat ya, sertifikasi ini banyak sekali disalahgunakan, diperjualbelikan,” tegas Irma.

Ia menegaskan bahwa pernyataannya didasari fakta dan data, bukan sekadar asumsi atau opini.

Baca juga: Kapal Cepat Rudal Hybrid Pertama Indonesia Resmi Diluncurkan

Keluhan Keracunan Massal dan Statistik Dampak Program

Pelaksanaan program MBG saat ini menjadi sorotan karena menyertakan insiden keracunan yang melibatkan ribuan orang.

Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hidayana mengungkapkan bahwa hingga 30 September 2025, sekitar 6.457 orang dilaporkan mengalami keracunan akibat konsumsi makanan dari program MBG.

“Kita lihat di wilayah satu ada yang mengalami gangguan pencernaan sebanyak 1.307, wilayah dua bertambah, tidak lagi 4.147, ditambah dengan yang di Garut mungkin 60 orang,” kata Dadan dalam sidang DPR RI.

“Kemudian, wilayah III ada 1.003 orang,” katanya menambahkan.

Secara umum, data menunjukkan bahwa program MBG yang semula diharapkan mampu meningkatkan gizi nasional tampaknya mengalami masalah keamanan yang signifikan di lapangan.

Tags: Kesehatan program nasional Keracunan Pengawasan makan bergizi

Artikel Terkait
Berita
Olahraga
Hiburan