Pelatih Houston Liberty, Becky Hammon, menyatakan kekesalannya terhadap tingkat kekerasan dan penegakan aturan wasit selama semifinal playoff WNBA antara Indiana Fever dan Las Vegas Aces. Ia mempertegas bahwa fisik yang terjadi di lapangan tidak akan diterima di liga lain seperti NBA atau NFL, dan menyebut bahwa pertandingan ini menunjukkan kekurangan dalam penegakan aturan resmi.
Fisik di Lapangan dan Ketidakkonsistenan Penegakan Aturan
Hammon mengungkapkan, “Most of my assistants come from the NBA, and they're like, ‘This would not fly in the NBA. This level of physicality would not fly in the NBA. There'd be fights. There'd be fights,’” setelah timnya menang 90-68 atas Indiana Fever di laga terakhir. Ia menambahkan bahwa meski pemain wanita di WNBA sangat tertata, kekerasan di lapangan bisa memicu pertandingan menjadi lebih brutal jika aturan tidak ditegakkan secara konsisten.
Seri antara kedua tim terkenal dengan intensitas fisiknya ini berlangsung sangat keras, di mana pemain saling bertarung sengit di bawah keranjang, mendorong untuk mendapatkan posisi, dan berusaha merebut bola kapan saja. Kedua pusat tim, A’ja Wilson dari Aces dan Aliyah Boston dari Fever, menjadi pusat perhatian karena mereka sering kali berhadapan secara langsung baik dalam serangan maupun bertahan.
Baca juga: Hasil Pertandingan WNBA: Indiana Fever Dikalahkan Las Vegas Aces 90-68
Penegakan Aturan yang Tidak Konsisten
Namun, Hammon menyatakan kekecewaannya karena wasit tidak menegakkan aturan secara penuh. Ia mengungkapkan, “I mean, you can bump and grab a wide receiver in the NFL for those first five yards, but you can do it in the W for the whole half court,” dan menegaskan bahwa pelanggaran seperti menyentuh lawan dengan kedua tangan harusnya otomatis dikenai pelanggaran. Ia menyoroti bahwa jumlah pelanggaran foul yang terjadi di pertandingan tersebut sebanyak 41, dengan 19 pelanggaran dari Fever dan 22 dari Aces, tetapi lebih banyak pelanggaran yang dijatuhkan terhadap Indiana karena mereka melakukan lebih banyak pelanggaran saat menembak.
Selain itu, ketegangan dalam pertandingan dipicu oleh banyaknya pelanggaran bebas yang diberikan kepada pemain. Aces berhasil melakukan 15 dari 21 tembakan bebas, sementara Fever hanya 11 dari 15. Statistik ini menurut Hammon membuat timnya sulit menjalankan strategi transisi cepat yang biasanya menjadi kekuatannya.
Baca juga: NaLyssa Smith Dominasi, Aces Menangkan Game 2 Vs Fever
Komentar Pelatih dan Isu Umum Penegakan Aturan
Pelatih Fever, Stephanie White, menyebutkan bahwa “It’s hard for us to find flow when there's a foul call every 10 seconds,” menyatakan frustrasi karena sering terjadi pelanggaran di dekat keranjang lawan yang menghambat kecepatan permainan. Ia juga menambahkan bahwa timnya tidak mampu menyesuaikan diri dengan gaya bertahan yang agresif dari Aces, dan menyebabkan mereka keluar dari zona nyaman.
Isu penegakan aturan ini bukan hanya masalahnya bagi kedua tim tersebut, tetapi menjadi pembicaraan besar di seluruh liga. Pelatih dari tim lain seperti Cheryl Reeve dari Minnesota Lynx dan Natalie Nakase dari Golden State juga mengkritik keras wasit sepanjang musim ini.
Hammon mengungkapkan bahwa selama musim reguler, ada 61 pelanggaran 3 detik defensif yang disebutkan di seluruh liga, namun sepanjang playoff, baru satu yang terjadi. Ia menyatakan kebingungannya atas inkonsistensi tersebut, “I don't understand. I don't get it,” dan menegaskan bahwa pentingnya aturan seperti ‘freedom of movement’ dan ‘defensive 3 seconds’ harus menjadi prioritas penegakan hukum dalam pertandingan.
Situasi ini menunjukkan kebutuhan mendesak untuk penegakan aturan yang lebih ketat demi menjaga sportivitas dan keamanan di lapangan, serta memastikan permainan berlangsung adil dan sesuai aturan yang telah disepakati.