Kerugian dan keprihatinan menyelimuti program Makan Bergizi Gratis (MBG) setelah dilaporkan ribuan kasus keracunan yang terjadi di beberapa daerah. Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR, Said Abdullah, menyatakan bahwa insiden tersebut merupakan peristiwa yang sangat memprihatinkan dan mengundang perhatian serius dari seluruh elemen terkait.
Said mengungkapkan, berdasarkan data dari Kepala Staf Kepresidenan, jumlah korban keracunan MBG mencapai lebih dari 5.300 orang, dengan angka pastinya berkisar antara 5.300 hingga 5.800. Ia menegaskan, langkah terbaik bukanlah menghentikan program secara total, melainkan melakukan evaluasi menyeluruh dan deteksi dini terhadap potensi permasalahan agar kasus serupa tidak terulang kembali.
Baca juga: Kasus Keracunan Makan Bergizi Gratis Meningkat Signifikan
Problem utama dalam distribusi dan pengelolaan makanan
Salah satu penyebab utama dari kasus keracunan tersebut, menurut Said, adalah rantai pasok makanan yang terlalu panjang dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) ke sekolah. Sistem distribusi ini dinilai perlu diperbaiki dengan mempersingkat waktu pengiriman agar makanan yang disajikan tetap segar dan aman dikonsumsi.
Lebih jauh, Said mengusulkan agar setiap sekolah hanya melayani satu SPPG, sehingga proses distribusi menjadi lebih efisien dan pengawasan lebih mudah dilakukan. Ia juga menekankan pentingnya melakukan perubahan pola distribusi, termasuk penghapusan sistem yang terlalu kompleks, demi memastikan kualitas makanan tetap terjaga saat sampai ke tangan siswa.
"Karena satu SPPG melayani 3.000, apakah itu bisa diperpendek? Satu SPPG cukup 1.500. Sehingga makanan bergizi gratis yang sampai di sekolah itu masih fresh from the oven," ungkap Said. Ia berharap, dengan pendekatan baru ini, risiko keracunan dapat diminimalkan dan program berjalan lebih aman.
Amalia Husna Khodijah bocah perempun berusia 5 tahun tercatat sebagai korban keracunan menu MBG dengan usia paling muda saat ditemui di Posko Kesehatan Kecamatan Cipongkor, Selasa (23/9/2025).
Baca juga: Pengakuan Saksi Kasus Suap Hakim Perkara Ekspor CPO
Data dan penyebab kasus keracunan
Data dari Badan Gizi Nasional (BGN) menyebutkan, sebanyak 4.711 porsi MBG menyebabkan gangguan kesehatan dan telah ditetapkan sebagai kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) hingga 22 September 2025. Rinciannya, Wilayah I mencatat 1.281 kasus, Wilayah II sebanyak 2.606 kasus, dan Wilayah III sebanyak 824 kasus.
Sebelumnya, Kepala BGN, Dadan Hindayana, menyatakan bahwa total makanan yang telah disiapkan dan didistribusikan mencapai 1 miliar porsi. Penyebab utama gangguan kesehatan tersebut antara lain adanya SPPG yang masih baru dan belum terbiasa memasak dalam jumlah besar, serta penggantian supplier bahan baku secara mendadak. Salah satu kejadian terjadi di SPPG Banggai Kepulauan Tingangkung, di mana konsumen mengalami gangguan pencernaan setelah menerima ikan cakalang dari supplier baru.
Dadan menegaskan pentingnya mitra dapur umum yang lebih berhati-hati dan bertanggung jawab, terutama mengingat target utama adalah nol kasus KLB. Ia juga menyayangkan bahwa insiden tersebut masih terjadi, padahal upaya pencegahan telah dilakukan sejak awal.
Berikut adalah rincian jumlah kasus keracunan MBG yang tersebar di tiga wilayah:
Wilayah | Jumlah Kasus |
---|---|
Wilayah I | 1.281 |
Wilayah II | 2.606 |
Wilayah III | 824 |
Tags: KLB keracunan makanan program sekolah evaluasi distribusi pangan keamanan makanan