Peter Mutharika, mantan Presiden Malawi berusia 85 tahun, dinyatakan sebagai pemenang dalam pemilihan umum pekan lalu, menandai kembalinya yang mengesankan dalam karier politiknya.
Hasil resmi menunjukkan bahwa Mutharika meraih 57% suara, mengungguli calon Presiden Lazarus Chakwera yang memperoleh sekitar 33%. Chakwera, yang sebelumnya adalah seorang pendeta sebelum terjun ke dunia politik, menyatakan menerima kekalahan sebelum pengumuman final diumumkan dengan menelepon Mutharika untuk mengucapkan selamat atas “kemenangan bersejarah” tersebut.
Berjuang di Tengah Krisis Ekonomi
Mutharika yang merupakan mantan profesor hukum, pernah menjabat sebagai Presiden dari tahun 2014 hingga 2020, sebelum dikalahkan Chakwera dengan selisih suara yang besar. Ia mewarisi sebuah ekonomi yang sedang mengalami krisis mendalam, dengan kekurangan bahan bakar dan devisa asing yang parah di negara bagian Afrika Selatan yang miskin tersebut.
Inflasi resmi mendekati 30%, dan seekor ayam beku di sebuah supermarket di Lilongwe, ibu kota, dihargai sekitar 20 dolar AS (sekitar 15 poundsterling), di sebuah negara di mana kebanyakan orang hidup dengan pendapatan kurang dari 2 dolar AS per hari.
Komisi pemilihan menyatakan bahwa proses pengumuman hasil selama delapan hari, yang merupakan waktu maksimum yang diperbolehkan, dilakukan dengan teliti untuk memeriksa segala sesuatu dan menangani keluhan terlebih dahulu.
Baca juga: Anggota Parlemen Jerman Bawa Bayi Saat Berpidato, Tekan Normalisasi Kehidupan Keluarga di Politik
Sejarah Kontroversi Pemilu Malawi
Pemilihan tahun 2019, yang juga dimenangkan oleh Mutharika, dibatalkan oleh pengadilan tertinggi negara tersebut karena menemukan adanya kecurangan secara luas, termasuk penggunaan cairan koreksi untuk mengubah hasil suara. Pemilihan ulang yang diadakan tahun berikutnya dimenangkan oleh Chakwera dengan margin yang jauh lebih besar.
Ini merupakan duel pemilihan keempat antara keduanya. Mutharika sendiri sebelumnya pernah menjabat sebagai Presiden, diikuti oleh pendahulunya dan saudara laki-lakinya, Bingu Mutharika, yang meninggal dunia saat menjabat pada tahun 2012.
Dalam pidatonya, Chakwera mengatakan bahwa meskipun ia memiliki kekhawatiran tentang “ketidakwajaran” dan “anomali,” ia tetap menerima hasil tersebut sebagai penghormatan terhadap keinginan mayoritas rakyat Malawi “untuk melakukan perubahan pemerintahan.”
“Ketidakwajaran tidak berarti bahwa hasil pemilu yang menempatkan Profesor Mutharika sebagai pemenang tidak kredibel atau tidak mencerminkan keinginan rakyat,” katanya.
[Getty Images/BBC]
Pidatonya disambut dengan perayaan di kalangan pendukung Mutharika di Lilongwe, di mana ratusan orang bernyanyi, menari di jalanan, serta menyalakan bunyi klakson dan memutar musik keras. Orang-orang juga menari, bernyanyi, dan berteriak “adadi” yang berarti ayah dalam bahasa Chichewa setempat.
Hasil ini dapat dilihat lebih sebagai penolakan terhadap Chakwera daripada kemenangan untuk Mutharika, di tengah berbagai masalah yang semakin memburuk selama masa jabatannya. Korupsi skala besar, ekonomi yang lemah, biaya hidup yang tinggi, pemadaman listrik yang sering, serta kekurangan devisa asing membuat rakyat Malawi mencari pemimpin lain.
Meskipun masalah ini sudah ada selama masa jabatan Mutharika, kondisinya justru memburuk di era Chakwera. Sekutu-sekutunya menyalahkan krisis tersebut pada faktor-faktor di luar kendali mereka, seperti kekeringan, bencana alam, pandemi Covid-19, dan perang di Ukraina.
Namun, slogan kampanye Mutharika, “kembali ke kepemimpinan yang terbukti,” mendapat resonansi kuat di hati pemilih Malawi. Kini, Mutharika harus membuktikan bahwa dia mampu mengatasi inflasi seperti yang dia lakukan di masa jabatannya pertama kali.
Selama masa kampanye, Mutharika jarang muncul di publik, berbeda dengan Chakwera yang menggelar banyak kampanye di seluruh Malawi. Hal ini memunculkan spekulasi tentang kondisi kesehatan Mutharika dan pertanyaan apakah dia masih memiliki stamina untuk memimpin Malawi di usianya yang ke-85.
Upacara pengambilan sumpah jabatan harus dilakukan antara tujuh sampai 30 hari setelah pengumuman resmi hasil.
Baca juga: Kemenangan Bersejarah dan Tantangan Berat di Pemilihan Seychelles
Lebih Lanjut tentang Malawi dari BBC
Apa yang diperebutkan dalam pemilu Malawi saat biaya hidup semakin meningkat
‘Saya menyuruh anak-anak saya agar tidak bermain supaya kami bisa menghemat uang sabun’
Bagaimana hakim yang berani menolak ‘pemilihan kedua’
Tags: politik internasional pemilu Malawi ekonomi global krisis