Benfica manager Jose Mourinho hugs former long-serving Chelsea employee Brian Pullman at Stamford Bridge

Jose Mourinho Kembali ke Stamford Bridge Dalam Momen Berkesan

1 jam lalu | Andi Wijaya | Olahraga | Sepak Bola | Premier League

Jose Mourinho kembali ke Stamford Bridge dalam momen berkesan. Ia disambut hangat oleh penggemar Chelsea. Menghadapi Benfica, pelatih legendaris ini menunjukkan dedikasi tinggi dengan banyak momen emosional. Meski kalah 0-1, Mourinho tetap menunjukkan aura pemain dan pelatih yang dihormati. Ia duduk dekat suporter Benfica, memerhatikan suasana dan mengingatkan kenangan lama. Mourinho berbincang akrab dengan staf lama dan pemain, serta menandatangani jersey penggemar. Kedekatan dan rasa hormat antara Mourinho dan Chelsea tetap terjalin. Momen ini memperlihatkan sosok Mourinho yang penuh dedikasi dan cinta terhadap klub yang pernah membesarkan namanya.

Ketika Jose Mourinho pertama kali tiba di Stamford Bridge lebih dari dua dekade lalu, ia menamakan dirinya sebagai 'The Special One' untuk Chelsea.

Mantan pelatih berusia 62 tahun ini memiliki perjalanan karier manajerial yang kaya dan penuh warna, dengan berbagai pencapaian, kontroversi, serta momen di mana ia merasa kecewa akan dirinya sendiri.

Namun, di Chelsea, Mourinho tidak akan pernah merasakan kasih sayang yang pernah ia terima di sana.

Suara merdu menyambutnya kembali saat Chelsea tampil melawan Benfica dalam pertandingan Liga Champions, yang berakhir dengan kekalahan 0-1. Bahkan, ada momen di pertengahan babak kedua, Mourinho disambut penuh sorakan dari dua sektor terbesar stadion, Matthew Harding Stand dan Shed.

Dianggap agak malu-malu, Mourinho hanya melambai sambil tetap memusatkan perhatian pada lapangan. Ia mengatakan bahwa keinginannya untuk meraih keberhasilan di lapangan saat ini jauh lebih besar daripada masa lalu karena ia merasa memiliki reputasi yang harus dipertahankan.

"Saat pertama kali saya datang ke sini, tidak ada yang menantikan saya," ujarnya. "Banyak pertanyaan yang muncul."

"Sekarang, semua orang berpikir bahwa saya memiliki sihir untuk membuat hal-hal terjadi."

Baca juga: Mourinho Kembali ke Stamford Bridge dengan Hasil Mengecewakan

Kedekatan Emosional dan Kenangan Lama

Mourinho berbicara di ruang konferensi pers Chelsea yang penuh sesak. Banyak yang hadir mengenal dirinya, namun tak ada yang seberpengaruh Brian Pullman, yang pernah bekerja di Chelsea selama 56 tahun dan pensiun pada tahun 2024. Pullman adalah sosok yang akrab di ruang konferensi, dan jelas Mourinho masih mengingat bagaimana Pullman biasa menjaga dan melayaninya.

Melihat rekannya yang lama itu kembali, Mourinho tersenyum dan bertanya, "di mana biskuit favorit saya?" Pullman pun menyelipkan handuk teh yang menutupi setengah lusin kue custard. Mourinho mengambil beberapa dan yang lain diambilnya saat berdiri untuk meninggalkan ruangan. Pelukan hangat di antara keduanya menunjukkan kehangatan persahabatan yang langgeng.

Inilah sosok Mourinho yang dicintai para pendukung Chelsea.

Mourinho juga tampak akrab saat berbincang dengan Thresa Conneely, salah satu karyawan lama Chelsea, dan Joe Cole, eks pemain The Blues, yang ditemui 90 menit sebelum kick-off. Ia duduk santai dengan tangan di bahu Joe Cole, berbincang dengan tenang, dan sempat menandatangani jersey seorang penggemar muda sebelum menuju ruang ganti untuk memberi instruksi kepada tim.

Benfica manager Jose Mourinho talks to former player Joe Cole at Stamford BridgeBenfica manager Jose Mourinho talks to former player Joe Cole (left) before the 1-0 defeat by Chelsea [Getty Images]

"Tentu saja saya berterima kasih kepada mereka," katanya saat ditanya tentang reaksi para suporter.

"Saya melakukannya di lapangan. Saya tinggal di sini, berbicara dengan mereka setiap hari di jalan.

"Saya berharap bisa kembali ke Stamford Bridge dalam 20 tahun bersama cucu-cucu saya."

"Mereka [Chelsea] adalah bagian dari sejarah saya dan saya juga bagian dari sejarah mereka."

Baca juga: Liverpool Tanpa Alisson saat Melawan Chelsea Setelah Kekalahan dari Galatasaray

Tekad dan Dedikasi Mourinho di Laga Ini

Mourinho terlihat tetap bersemangat, menantang keputusan wasit dan menuntut lebih dari para pemainnya, sebagaimana biasanya. Ia memantaing garis lapangan seperti yang selalu dilakukannya, menunjukkan bahwa hasratnya untuk menang tetap membara.

Ia bahkan membahas performa timnya yang meski kalah, tetap menunjukkan keoptimisan, meski pada kenyataannya, keunggulan finansial dan skala kompetisi di Liga Champions Inggris jauh lebih besar daripada di Portugal.

Penampilannya di bangku cadangan yang sama seperti saat menjadi pelatih, menimbulkan pertanyaan mengapa klub menunggu Mauricio Pochettino untuk menggantikan posisi sebelumnya. Kini, bangku cadangan utama berada di tengah lapang, dekat dengan para pendukung Benfica yang memadati stadion.

Sebuah momen klasik Mourinho terjadi lagi saat Benfica melakukan corner di babak kedua, di mana Fernandez, gelandang Argentina yang dibayar £107 juta dua tahun lalu, mendapat pelemparan dari suporter di berbagai sudut stadion. Mourinho menyaksikan, langsung berdiri dan turun ke pinggir lapangan, mengingatkan kembali saat Porto melawan Manchester United di Liga Champions 2004, ketika ia merayakan kemenangan besar yang menyingkirkan Setan Merah.

Kini, ia memanfaatkan gesture marah dan memberi isyarat agar para suporter berhenti melempar, meski tidak semua mengikuti dan momen itu akhirnya berkurang, memberi Fernandez waktu untuk mengambil corner.

Ini adalah kontemplasi Mourinho sebagai sosok pelindung dan sahabat, meskipun Benfica tidak menang dan Chelsea tidak tampil impresif, keberadaannya tetap memberi kesan mendalam bagi penggemar.

Mutual respect selalu terjalin di sini, menunjukkan bahwa hubungan emosional antara Mourinho dan Chelsea tetap kokoh.

Tags: Liga Champions Chelsea Stamford Bridge Mourinho Benfica

Artikel Terkait
Berita
Olahraga
Hiburan