Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Nanik S Deyang menegaskan bahwa Indonesia bukan satu-satunya negara yang mengalami masalah keamanan pangan saat melaksanakan program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Nanik menyebutkan, insiden serupa juga pernah terjadi di Amerika Serikat dan Brasil ketika kedua negara tersebut mulai memberlakukan program makanan dalam skala besar yang serupa MBG.
"Seperti halnya program pemberian makanan dalam skala besar di negara mana pun, insiden terkait keamanan pangan juga terjadi di Amerika Serikat dan Brasil,” ujarnya dalam siaran pers, Jumat (3/10/2025).
"Kami bandingkan dengan Brasil kurang lebih 40 juta penerima manfaat, dan AS sekitar 30 juta penerima manfaat," tambahnya.
Nanik menjelaskan, di Amerika Serikat pada dekade 1990-1999, sekitar 16.000 anak terkena dampak dari program serupa MBG.
Sementara itu, di Brasil, sebanyak 26.143 anak menjadi korban selama hampir 20 tahun pelaksanaan program tersebut pada periode 2000-2018.
Baca juga: Strategi Pembangunan IKN Menuju Ibu Kota Politik 2028
Faktor Penyebab Insiden Keamanan Pangan
Nanik mengungkapkan bahwa variasi penyebab insiden keamanan pangan di Indonesia meliputi pergantian pemasok bahan makanan, proses pengolahan yang terlalu lama, serta lemahnya pengawasan mutu.
Selain itu, insiden keracunan juga didorong oleh gegar budaya atau culture shock yang dialami oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) sebagai pihak yang menyiapkan makanan MBG.
Oleh karena itu, Badan Gizi Nasional menyarankan agar SPPG yang baru bergabung dalam program memulai dengan skala kecil. Sementara itu, SPPG lama diimbau berhati-hati saat mengganti pemasok.
"Prinsip zero accident ditegakkan dengan memperkuat pembinaan berkelanjutan bagi seluruh SPPG,” ujar Nanik.
"Pengawasan diperketat, dimulai dari pengendalian suplai bahan, kehati-hatian dalam pergantian pemasok, serta penerapan standar penggunaan bahan segar dan susu pasteurisasi," imbuhnya.
Baca juga: Gelar Gladi Bersih HUT ke-80 TNI di Monas Berjalan Lancar
Keamanan Pangan dan Dampaknya
Nanik menegaskan bahwa mayoritas korban insiden keamanan pangan berasal dari kalangan anak sekolah. Sebaliknya, ibu balita, ibu menyusui, dan balita diketahui lebih aman dari risiko tersebut.
"Kami memastikan bahwa insiden yang terjadi hanya menimpa siswa sekolah, sementara ibu hamil dan balita tetap aman. Setiap langkah mitigasi diambil guna menjamin kepercayaan publik bahwa program ini berjalan sesuai standar tertinggi," tuturnya.
Sebelumnya, BGN mencatat bahwa hingga 30 September 2025, sebanyak 6.457 orang terdampak keracunan dari menu Makan Bergizi Gratis (MBG).
Data tersebut dibagi ke dalam tiga wilayah: Wilayah I (Pulau Sumatera), Wilayah II (Pulau Jawa), dan Wilayah III (Indonesia Timur).
Paling banyak terjadi di Wilayah II, pulau Jawa, dengan 4.147 orang terdampak keracunan.
Menurut Kepala BGN Dadan Hindayana, dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR pada Rabu (1/10/2025), angka tersebut termasuk gangguan pencernaan sebanyak 1.307 orang di Wilayah I dan sekitar 60 orang di Garut.
"Kemudian, di wilayah tiga ada 1.003 orang,” tambahnya.
Tags: Program Pemerintah keracunan makanan Keamanan Pangan pola pengawasan penanganan insiden