Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Puan Maharani, menegaskan pentingnya evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) guna menghindari kerugian dan kejadian-kejadian yang merugikan peserta, khususnya anak-anak. Pernyataan ini disampaikan terkait dengan maraknya insiden keracunan massal yang terjadi di beberapa daerah usai anak-anak menyantap makanan dari program tersebut.
Puan menekankan bahwa pelaksanaan program secara masif dan terorganisir memang memiliki tantangan besar. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan melakukan evaluasi secara rutin, baik dari segi prosedur, bahan makanan, maupun distribusi, agar kualitas dan keamanan makanan tetap terjamin. Ia menambahkan bahwa evaluasi total harus dilakukan ketika terjadi kejadian berulang, sebagai langkah strategis untuk memastikan keselamatan anak-anak tetap menjadi prioritas.
Baca juga: Skadron Udara 33 Makassar Ungguli Operasi Malam Hercules TNI AU
Kasus Keracunan Massal di Beberapa Daerah
Sejumlah daerah di Indonesia mencatat insiden keracunan massal saat peserta menyantap menu dari program MBG. Di Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah, sebanyak 251 pelajar dari berbagai sekolah, termasuk SMA 1 Tinangkung dan SDN Tompudau, mengalami keracunan pasca mengikuti program tersebut pada Rabu (17/9/2025). Data dari Rumah Sakit Trikora Salakan menyebutkan bahwa korban mengalami gejala seperti mual, pusing, dan sakit kepala, yang menyebabkan sebagian siswa harus dirawat di rumah sakit.
Selain itu, di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, sekitar 90 siswa dari MTsN dan SMAN Kecamatan Empang juga diduga mengalami keracunan setelah menyantap makanan dari program MBG pada hari yang sama. Kasus serupa terjadi pula di Maluku, di mana belasan siswa dari SD Negeri 19 Kota Tual mengalami gejala keracunan dan harus dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis.
Di daerah lain, Kabupaten Garut, Jawa Barat, tercatat 194 pelajar dari tingkat SD hingga SMA mengalami gejala keracunan setelah menyantap menu MBG. Insiden ini terjadi pada Rabu (17/9/2025), dengan mayoritas korban berasal dari Kecamatan Kadungora, dan sebagian harus menjalani perawatan intensif di Puskesmas setempat.
Kasus-kasus ini menunjukkan perlunya evaluasi mendalam terhadap sistem distribusi dan pengawasan bahan makanan di program MBG. Pemerintah diharapkan segera menindaklanjuti dengan penegakan standar keamanan pangan yang ketat dan pemeriksaan rutin terhadap semua konten makanan yang disediakan.
Pengalaman-pengalaman tersebut menjadi pembelajaran penting agar program yang bertujuan meningkatkan gizi anak-anak Indonesia dapat berjalan lebih aman dan efektif di masa mendatang. Penyempurnaan prosedur pelaksanaan dan pengawasan harus menjadi prioritas guna memastikan bahwa tidak ada lagi anak-anak yang dirugikan akibat kekeliruan yang dapat dicegah.
Tags: keracunan massal Program Makan Bergizi Keamanan Pangan Pendidikan dan Kesehatan