Forum Serikat Guru Indonesia (FSGI) menyuarakan perlunya evaluasi menyeluruh terhadap program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dinilai telah menimbulkan sejumlah kasus keracunan di berbagai daerah. Sekjen FSGI, Fahriza Marta Tanjung, menyatakan bahwa program ini harus dihentikan sementara selama proses evaluasi berlangsung agar potensi keracunan tidak terus bertambah.
FSGI menegaskan bahwa pelibatan semua pihak terkait, termasuk sekolah, pendidik, peserta didik, dan orangtua, sangat penting dalam proses penilaian ini. Mereka harus memberikan masukan berdasarkan pengalaman lapangan, mengingat pihak-pihak ini langsung merasakan dampak program MBG. Penilaian tersebut juga menyoroti kurangnya perencanaan yang matang dan pengawasan yang memadai sehingga menyebabkan hampir 6.000 orang terdampak keracunan.
Daerah yang terdampak dan insiden keracunan
Kasus keracunan ini tercatat terjadi di 14 provinsi, termasuk Bangka Belitung, Garut, Cianjur, Sukoharjo, Solo, Sragen, Lamongan, Madura, Ngawi, Situbondo, Sleman, Gunung Kidul, DKI Jakarta, Lebong, serta beberapa wilayah di Sulawesi dan Nusa Tenggara. Insiden terbaru bahkan dilaporkan terjadi di Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, dengan sekitar 400 orang yang mengalami kejadian luar biasa.
FSGI menempatkan angka keracunan ini sebagai indikator serius terkait lemahnya pengelolaan dan pengawasan program, yang berpotensi memicu lebih banyak kasus apabila tidak dilakukan perbaikan.
Baca juga: KPK Dalami Kasus Dugaan Korupsi Kuota Haji 2024
Anggaran meningkat, tapi persoalan tetap ada
Sementara itu, FSGI mencermati bahwa anggaran MBG justru meningkat pada tahun 2026. DPR telah mengesahkan anggaran sebesar Rp 335 triliun, jauh lebih besar dibandingkan dengan anggaran tahun sebelumnya sebesar Rp 71 triliun. Meski demikian, realisasi penggunaan anggaran tersebut masih rendah, dengan only 22% terserap hingga awal September 2025.
Ketua Dewan Pakar FSGI, Retno Listyarti, mengingatkan bahwa mengejar target jumlah pengeluaran dan jangkauan program harus diimbangi dengan perhatian terhadap aspek keselamatan dan kualitas gizi anak-anak Indonesia.
Selain isu anggaran, FSGI mengungkapkan beberapa masalah terkait kualitas menu MBG, seperti adanya makanan basi, semangka yang tipis seperti tisu, hingga makanan mubazir. Mereka juga menyebutkan adanya kekhawatiran tentang mekanisme distribusi, kualitas gizi, dan tanggung jawab jika terjadi keracunan massal, yang diharapkan tidak harus dirahasiakan dari publik.
Dalam hal ini, Kepala SDN 017 Napo di Polewali Mandar, Sulawesi Barat, menyatakan menolak menandatangani MoU MBG karena meragukan mekanisme distribusi, jaminan kualitas, serta tanggung jawab jika terjadi keracunan. Ia menilai langkah tersebut sebagai perlindungan terhadap keselamatan siswa dan sekolah secara keseluruhan.
FSGI juga mendorong Menteri Keuangan agar mengalihkan anggaran yang tidak terserap untuk keperluan lain yang lebih penting, seperti peningkatan kualitas dan kesejahteraan guru, termasuk tunjangan bagi tenaga honorer dan guru bersertifikat.
Baca juga: Konflik Agraria Puluhan Tahun, Menhut Disebut Lambat Tangani Kasus
Upaya pemerintah dan langkah preventif
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, menyatakan pihaknya berkomitmen mencegah terjadinya keracunan melalui evaluasi rutin terhadap dapur penyelenggara MBG dan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Dia menambahkan bahwa jumlah keracunan yang tercatat hingga saat ini adalah 4.711 kasus dari total 1 miliar porsi yang telah didistribusikan BGN.
"Jadi total catatan kami itu ada sekitar 4.711 porsi makan yang menimbulkan gangguan kesehatan. Dan perlu Anda ketahui bahwa sampai hari ini BGN sudah membuat 1 miliar porsi makan," ungkap Dadan Hindayana dalam konferensi pers di Jakarta.
Meski demikian, pihaknya tidak mengabaikan risiko keracunan dan berupaya meningkatkan pengawasan demi memastikan keselamatan peserta didik yang mendapatkan menu MBG. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan juga didorong untuk terus melakukan pengawasan dan perbaikan terhadap program ini agar manfaatnya optimal dan risiko minimal.
Tags: evaluasi program Makan Bergizi Gratis keracunan anak Kesehatan Sekolah Anggaran Pendidikan