Sejarah kereta api di Indonesia telah berusia lebih dari satu abad, dimulai dari rel pertama yang dibangun di Semarang pada 17 Juni 1864. Peristiwa bersejarah yang turut menandai momentum perubahan besar terjadi pada 28 September 1945, ketika para pejuang kereta api berhasil merebut kantor pusat kereta api di Bandung, menandai berdirinya Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI) dan sekaligus menetapkan Hari Kereta Api Nasional.
Peristiwa tersebut menjadi tonggak penting yang menegaskan peran kereta api sebagai bagian dari perjuangan bangsa dan alat pemersatu yang menyatukan berbagai wilayah di Indonesia. Vice President Public Relations Kereta Api Indonesia (KAI), Anne Purba, menyatakan bahwa semangat perjuangan tersebut terus membara hingga saat ini. "Dari semangat perjuangan itulah KAI menapaki jalan transformasi menuju layanan yang modern, inklusif, dan ramah lingkungan,” ujarnya dalam siaran pers yang dikeluarkan pada September 2025.
Transformasi dan Digitalisasi dalam Layanan Kereta Api
Delapan dekade kemudian, PT Kereta Api Indonesia telah bertransformasi menjadi perusahaan transportasi modern yang menawarkan layanan digital, efisien, dan inklusif. Pengguna kini dapat memesan tiket dengan mudah melalui platform digital Access by KAI, yang mencatatkan sebanyak 17,2 juta transaksi dari Januari hingga Agustus 2025, atau sekitar 71,73 persen dari total penjualan tiket.
Ekosistem layanan digital KAI terus dikembangkan, termasuk fitur jejak karbon (carbon footprint), integrasi moda transportasi seperti Kereta Api Bandara, Commuter Line, KA Lokal, LRT, dan kereta cepat Whoosh. Selain itu, teknologi face recognition boarding gate sudah diimplementasikan di 22 stasiun terbesar, meningkatkan efisiensi dan keamanan layanan.
Baca juga: DPR Setujui 52 RUU dalam Perubahan Prolegnas 2025
Kinerja KAI dan Kontribusi terhadap Perekonomian Nasional
Transformasi ini turut disertai capaian kinerja yang positif. Dari Januari hingga Agustus 2025, KAI Group melayani 328,05 juta pelanggan, meningkat 8,51 persen dibanding periode yang sama tahun 2024. Di sektor logistik, volume angkutan barang mencapai 45,26 juta ton, dengan batu bara tetap menjadi komoditas utama, yaitu sebesar 37,47 juta ton atau 82,8 persen dari total muatan, yang mendukung kebutuhan energi nasional.
Bagian depan Gedung Pendopo yang dulunya dikenal dengan Gedong Karet atau Villa Maria, Kantor Pusat PT KAI, Bandung, Jawa Barat.
Pengukuran Kinerja | Januari-Agustus 2024 | Januari-Agustus 2025 |
---|---|---|
Jumlah Pelanggan | - | 328,05 juta (+8,51%) |
Volume Angkutan Barang | 45,07 juta ton | 45,26 juta ton |
Ketepatan Waktu Penumpang (OTP) | 99,50% (keberangkatan), 96,32% (kedatangan) | Stabil |
Keandalan layanan tetap menjadi prioritas utama, terbukti dari catatan ketepatan waktu kereta api yang mencapai 99,50 persen untuk keberangkatan dan 96,32 persen untuk kedatangan selama periode Januari–Agustus 2025. Statistik ini menjadikan kereta api sebagai moda transportasi nasional yang dapat diandalkan masyarakat.
Baca juga: Puan Maharani Tinjau Dapur Umum Bersihkan Kasus Keracunan Massal
Mengantar Indonesia ke Masa Depan yang Berkelanjutan
Sejalan dengan perjalanan 80 tahun, KAI terus berupaya memperkuat fondasi sebagai penggerak pembangunan nasional dan simbol perjuangan bangsa. Modernisasi, digitalisasi layanan, serta inovasi berupa pengembangan sarana dan prasarana menjadi bagian dari strategi masa depan perusahaan.
Dengan mengusung tema 'Semangat Melayani', perayaan HUT ke-80 pada 28 September 2025 menjadi momentum untuk mempertegas komitmen menghadirkan layanan yang lebih inovatif dan ramah lingkungan. Anne Purba menambahkan, "Inovasi digital, layanan ramah pelanggan, hingga penguatan logistik adalah komitmen KAI membawa bangsa ini melaju semakin jauh.”
Secara keseluruhan, perjalanan KAI yang telah berjalan selama delapan dekade menunjukkan peran penting kereta api yang berkembang dari instrumen kolonial menjadi tulang punggung transportasi dan pembangunan nasional.
Tags: pembangunan nasional KAI Transportasi Indonesia Sejarah Kereta Api Transformasi Digital