Tim Gabungan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terus melakukan proses pembersihan reruntuhan Mushala di Pondok Pesantren Al Khoziny secara nonstop selama 24 jam. Hingga saat ini, sebanyak 49 orang masih tertimbun di dalam bangunan yang runtuh tersebut. Mereka merupakan bagian dari daftar absensi yang dirilis pihak pondok pesantren.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menyatakan bahwa proses pencarian sangat intensif dan melibatkan berbagai unsur. Ia menegaskan bahwa tim SAR gabungan berupaya keras, didukung oleh tenaga medis dan ambulans untuk evakuasi jenazah maupun penyelamatan korban selamat.
Baca juga: Jawa Barat Fokus Tingkatkan Keterampilan Pekerja Migran
Status Korban dan Proses Evakuasi
Sampai hari ini, korban meninggal dunia mencapai 14 orang. Data tersebut terus diperbarui, seiring upaya pencarian yang berlangsung tanpa henti. Sebanyak 14 dari mereka masih menjalani perawatan di rumah sakit. Selain itu, 89 orang telah diizinkan pulang, sementara satu orang dirujuk ke rumah sakit di Mojokerto.
Proses pencarian dan evakuasi tetap berjalan didukung penuh oleh berbagai instansi. Mereka meliputi Basarnas, BPBD, TNI-Polri, PMI, Tagana, Badan Pemadam Kebakaran, dan relawan lainnya. Menurut Suharyanto, Kepala BNPB, pencarian dilakukan 24 jam untuk menemukan korban yang mungkin telah meninggal akibat tertimbun reruntuhan.
Suharyanto menambahkan, “Potensi penemuan jenazah akan ada lagi. Nanti akan kita sampaikan ke depannya.” Ia juga menyebut bahwa keluarga korban sudah menerima kenyataan tersebut dan sepakat menggunakan alat berat untuk mempercepat proses pencarian, meskipun risiko mengganggu jenazah di bawah reruntuhan tetap ada.
Untuk mendukung operasi tersebut, BNPB telah menyiapkan berbagai peralatan evakuasi, termasuk 200 kantong jenazah, 200 pasang sarung tangan, 4.000 masker, dan 250 set APD. Selain itu, ada pula alat berat dan kendaraan operasional seperti tiga unit crane, satu unit excavator breaker, 30 dump truck, empat alat pemotong beton, serta 30 unit ambulans. Anggaran operasional untuk peralatan tersebut diperkirakan akan digunakan selama seminggu ke depan.
Pihak BNPB menegaskan bahwa upaya evakuasi akan terus dilakukan sampai seluruh jenazah ditemukan dan proses penanganan di lapangan selesai. Kerja keras ini bertujuan untuk memastikan keselamatan semua korban dan mendukung proses penanganan pasca kejadian.