BATAM, KOMPAS.com - Menteri Transmigrasi Muhammad Iftitah Sulaeman Suryanegara menyatakan keinginannya agar Tanjung Banon, yang terletak di Kecamatan Galang, Kota Batam, Kepulauan Riau, menjadi contoh kawasan transmigrasi yang menerapkan konsep modern.
Wilayah yang baru dikembangkan ini saat ini dihuni oleh ratusan warga dari Rempang yang terdampak rencana pembangunan proyek nasional Rempang Eco City.
Iftitah menambahkan, pihaknya telah menandatangani Keputusan Menteri yang secara resmi menjadikan Tanjung Banon sebagai kawasan transmigrasi.
"Kita ingin bahwa kawasan Tanjung Banon ini menjadi salah satu role model transmigrasi modern," ucapnya saat meninjau lokasi pembangunan pada Kamis (25/9/2025).
Baca juga: Dukung Capres PPP, Mardiono Siap Pimpin Periode 2025-2030
Proses Pengembangan dan Tujuan Transmigrasi Modern
Menurut Iftitah, usulan menjadikan Tanjung Banon sebagai kawasan transmigrasi lokal warga Rempang yang masih berada di satu kecamatan mulai berkembang sejak Februari 2025. Kementerian Transmigrasi melakukan kajian mendalam dan diskusi panjang dengan sejumlah kementerian terkait, yaitu Kementerian Pekerjaan Umum, BP Batam, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, serta Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Keterlibatan KKP dilakukan karena Tanjung Banon merupakan kawasan pesisir dan maritim dengan sebagian warga yang berprofesi sebagai nelayan.
Iftitah menegaskan, transmigrasi modern berbeda dengan konsep transmigrasi lama maupun relokasi dasar yang hanya memindahkan penduduk ke tempat lain. Dalam konsep baru, pemerintah membangun fondasi peradaban baru berupa fasilitas pendidikan, kesehatan, dan kawasan ekonomi berbasis potensi masyarakat setempat.
"Transmigrasi bukan hanya sekadar perpindahan penduduk tetapi transmigrasi betul-betul satu pembangunan peradaban manusia," tegasnya.
Baca juga: Pengawasan Ketat Dapur Program Makan Bergizi Gratis di Bandung Barat
Potensi Pariwisata dan Pengembangan Ekonomi
Lebih jauh, politikus Partai Demokrat tersebut menyebutkan bahwa Tanjung Banon memiliki potensi besar untuk menjadi magnet wisata di Batam, mengingat keindahan alamnya dan kedekatannya dengan Singapura serta Malaysia.
Pantauan menunjukkan, kawasan transmigrasi ini menawarkan pemandangan laut yang menenangkan, perbukitan, serta pulau-pulau kecil di sekitarnya.
Daratan Tanjung Banon bergelombang dan berkontur perbukitan tidak terjal, dengan rumah-rumah yang dibangun pemerintah tersusun rapi di berbagai ketinggian dan menghadap langsung ke laut.
"Kami harapkan tidak hanya sektor perikanan dan kelautan yang akan kami kembangkan ke depan tetapi juga kami akan pastikan ini bisa menjadi magnet untuk wisata," ujar Iftitah.
Mantan purnawirawan TNI Angkatan Darat ini menambahkan, selama akhir pekan, Batam sering didatangi wisatawan dari Singapura dan Malaysia. Ia berharap, suatu saat nanti, Tanjung Banon dengan keindahan alamnya akan menjadi destinasi favorit bagi wisatawan asing.
"Kalau weekend, jumlah wisatawan yang datang ke Batam juga mengalami peningkatan," tandasnya.
Untuk memuluskan rencana ini, Kementerian Transmigrasi sedang menjalin kolaborasi dengan sejumlah perguruan tinggi ternama di Indonesia. Bahkan, mereka melibatkan Walter Timo de Vries, seorang guru besar dari Technical University of Munich, Jerman, yang telah meneliti transmigrasi di Indonesia sejak 1988.
"Dan yang menarik adalah waktu saya tanyakan sama beliau apa yang berkesan dengan saat beliau melihat Lampung di tahun 1988 dengan melihat Tanjung Banon," kata Iftitah. "Di sini beliau menyampaikan optimisme bahwa ini adalah memang satu kawasan transmigrasi modern," tambahnya.
Sementara itu, salah satu warga Tanjung Banon, Jir Samsir, mengungkapkan dirinya sangat berterima kasih kepada Presiden Prabowo Subianto dan Kementerian Transmigrasi. Ia mengaku sudah tiga bulan tinggal di kawasan tersebut dan merasa nasibnya jauh lebih baik dibandingkan di Rempang.
"Di situ hanya menunggu dan menunggu, sedangkan di sini menunggu ada hasil," tuturnya, seorang nelayan yang berharap keberlangsungan hidupnya akan lebih baik.